Program Kampus Mengajar merupakan bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI). Tujuan dari program ini adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa supaya belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas di luar kelas perkuliahan. Program ini diharapkan menjadi salah satu solusi bagi sekolah yang terdampak pandemi dengan memberdayakan mahasiswa sebagai pengajar selama pandemi Covid-19 ini berlangsung. Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta turut mendukung program ini dengan mengirimkan mahasiswanya dalam program kampus mengajar.

Menurut Dra. Aniek Prasetyaningsih, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik (WD I) Fakultas Bioteknologi UKDW, dalam program kampus mengajar ini mahasiswa akan ditempatkan di sekolah dasar di seluruh Indonesia, khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) untuk membantu proses belajar mengajar. “Mahasiswa diharapkan menjadi bagian dari penguatan pembelajaran literasi dan numerasi, menjadi partner guru dalam meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran,” tuturnya.  

Sejak program ini disosialisasikan pada bulan Februari lalu, dari 36 ribu pendaftar sebanyak 14.880 mahasiswa lolos seleksi. “Dari lima orang mahasiswa Fakultas Bioteknologi yang kami kirimkan, ada dua mahasiswa yang mendapat kesempatan untuk mengikuti program Kampus Mengajar Angkatan I. Hal ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi mahasiswa karena dapat merasakan pengalaman untuk mengasah jiwa kepemimpinan dan mengembangkan diri di luar kelas. Mahasiswa yang lolos program ini diharapkan mampu menjadi agen perubahan bagi pendidikan di Indonesia. Mereka akan melaksanakan program ini selama bulan Maret hingga Juni 2021,” katanya.

Kedua mahasiswa yang lolos seleksi untuk mengikuti program tersebut adalah Elisabet Suharti Soleman yang akan mengajar di SD Inpres Weri Pateng, Manggarai, Nusa Tenggara Timur dan Tika Meilani Manurung yang akan mengajar di SDS Santo Yosep, Singkawang, Kalimantan Barat.

Elisabet mengungkapkan bahwa salah satu alasannya mengikuti program ini adalah ingin berperan aktif dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. “Selama pandemi ini berlangsung, banyak guru yang mengajar di daerah 3T mengalami kendala dan keterbatasan dalam proses belajar mengajar. Saya ingin membantu adik-adik yang belajar di SD tempat saya mengabdi selama tiga bulan ke depan untuk menciptakan perubahan yang lebih baik,” ungkapnya.

Sementara itu, Tika menuturkan bahwa setelah mendengar informasi tentang program ini, ia langsung tertarik untuk mendaftar. “Saya ingin membantu adik-adik di daerah 3T yang bersemangat untuk sekolah namun keterbatasan guru menjadi permasalahan utama. Sebelum turun ke lapangan untuk mengajar, kami mendapatkan pembekalan secara daring dari tanggal 15-20 Maret 2021. Saat penugasan, kegiatan belajar mengajar direncanakan dilakukan secara luring maupun daring. Selain itu kami juga akan membantu dalam pengerjaan administrasi sekolah dan penggunaan teknologi,” imbuhnya.

Pin It on Pinterest

Share This