Berkolaborasi dengan The Hong Kong Polytechnic University (PolyU), pada bulan Juli ini Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menyelenggarakan program KKN Internasional, International Service Learning (ISL) bertemakan kesehatan (ISL-Health) dan Science, Technology, Engineering, and Mathematics (ISL-STEM).

Melalui implementasi ISL sebagai bentuk kesadaran Perguruan Tinggi menjadi bagian dari masyarakat yang berkewajiban mengungkap, meningkatkan, dan melestarikan kearifan lokal masyarakat, program ini mengajak kelompok mahasiswa lintas prodi untuk berperan aktif dalam peningkatan kualitas hidup atau kesejahteraan masyarakat. Selain itu, proses bekerja sama dengan mahasiswa internasional dan turun langsung ke masyarakat akan mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk hidup di tengah masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan.

Kegiatan yang diikuti oleh 64 mahasiswa PolyU dan 62 mahasiswa UKDW ini memilih Kalurahan Argorejo, Kapanewon Sedayu, Bantul sebagai lokasi program ISL-Health serta Sekolah Dasar (SD) Teruna Bangsa dan SD Kalam Kudus sebagai lokasi program ISL-STEM.

Dr. Freddy Marihot Rotua Nainggolan, S.T., M.T., IAI. selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UKDW menjelaskan bahwa pemilihan lokasi program didasarkan pada kesesuaian dengan program Pemerintah Daerah (Pemda) serta potensi dan kebutuhan penerima manfaat, dalam hal ini warga Argorejo dan murid kedua sekolah. “Kegiatan ISL-Health mendukung program yang telah dicanangkan oleh Kapanewon Sedayu yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dengan cara menggali potensi lokal berbasis kreatifitas untuk meningkatkan daya saing masyarakat. Program ISL-Health ini diharapkan mampu menggali potensi masyarakat, khususnya terkait penanganan kasus stunting dan kesehatan lanjut usia (lansia) di Kalurahan Argorejo,” ujarnya.

Secara umum, tahapan ISL dimulai dengan kegiatan observasi berupa pengumpulan data, identifikasi, perumusan masalah, dan penentuan program kerja. Setelah itu mahasiswa akan menjalankan program kerja yang dimulai dari analisis permasalahan, penyampaian usulan penyelesaian masalah, serta uji hasil program kepada penerima manfaat. “Setelah menjalankan program, mahasiswa juga berkewajiban melaporkan hasil program dengan mempresentasikan hasil kegiatan dan luaran, membuat laporan kegiatan, dan membuat publikasi yang dibagikan melalui media sosial ataupun video youtube. Dengan demikian harapannya, program ini memberikan dampak baik yang cakupannya lebih luas,” tambah Freddy.

Willy Sudiarto Raharjo, S.Kom., M.Cs selaku Koordinator Dosen Pendamping Lapangan (DPL) untuk ISL-Health menambahkan bahwa dengan beragamnya mahasiswa yang terlibat, kegiatan yang dilakukan juga menjadi lebih bervariasi dan holistik. “Ada tiga fokus utama dalam kegiatan ini. Lansia, ibu-ibu yang memiliki anak, dan anak-anak itu sendiri. Untuk lansia, kami mengadakan kegiatan pemeriksaan kesehatan komprehensif berupa pemeriksaan tekanan darah, asam urat, kolesterol, dan status gizi, edukasi perilaku hidup bersih dan sehat, olah raga bersama, pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT), dan pendampingan komputerisasi data. Untuk ibu-ibu kami menyelenggarakan kegiatan penyuluhan dan pemberian buku edukasi stunting. Sedangkan untuk anak-anak kami menyelenggarakan kegiatan pengaderan pendamping pembelajaran Bahasa Inggris, lomba Bahasa Inggris, edukasi pemilahan sampah, aktivitas luar ruangan, dan bimbingan belajar kepada anak TK dan SD. Selain tiga fokus utama ini, kami juga mengadakan kegiatan yang dapat dihadiri oleh warga desa lainnya berupa pendampingan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) remaja dan sosialisasi pencegahan Demam Berdarah (DBD),” ujarnya.

Berbeda dengan ISL-Health yang mengangkat tema “Local Wisdom-Based Community Empowerment: Healthy Lifestyle Challenges for Developing Communities” dan fokus pada program peningkatan kualitas hidup lansia, ISL-STEM bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan lebih kepada murid SD tentang konsep Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) dan pembelajaran mesin (Machine Learning) dengan fokus pada pengenalan objek melalui platform sumber terbuka yang cocok untuk pemula. I Kadek Dendy Senapartha. S. T., M. Eng. dan dr. Loury Priskila, M. Biomed. selaku DPL ISL-STEM mengajak mahasiswa untuk bersama-sama meningatkan literasi STEM pada anak-anak dengan mentransfer pengetahuan tentang Machine Learning dan Block Programming kepada sebagian anak-anak SD di Indonesia. “Sebelum turun ke lapangan, mahasiswa juga dibekali dengan online coaching, workshop, dan persiapan bersama mahasiswa PolyU untuk menyelaraskan pemahaman. Setelah itu mereka akan mengadakan workshop di SD Teruna Bangsa dan Kalam Kudus, dan diakhiri dengan penyelenggaraan kompetisi bagi kedua sekolah,” ujar Dendy.

Renee Leung, Staf Service-Learning and Leadership Office (SLLO) PolyU menyampaikan bahwa program ini juga menjadi media bagi PolyU untuk mempromosikan literasi STEM kepada kaum muda. “Kami berharap selain mempromosikan literasi STEM kepada kaum muda, program ISL STEM dengan tema “Technology Beyond Borders: Service Learning Across Cultures, Ethnicities and Communities” ini juga mampu menumbuhkan pemikiran kritis, keterampilan pemecahan masalah, dan mempromosikan kreativitas dan inovasi di kalangan siswa, serta mengurangi kesenjangan digital,” tambahnya.

Terkait kolaborasi yang dilakukan, Renee, yang juga berperan sebagai Koordinator Program, mengatakan bahwa PolyU memilih UKDW sebagai mitra karena UKDW memiliki pengalaman dalam kolaborasi internasional dengan berbagai universitas. Selain itu UKDW juga telah memiliki pengalaman yang dapat dijadikan contoh praktek baik dalam menjalankan program ISL sejak tahun 2009. “Sejak 2012 PolyU menekankan tanggung jawab sosial kepada mahasiswa dengan mengintegrasikan studi akademis ke dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat yang bermakna. Tentunya kami akan mencari mitra universitas di Indonesia yang sudah memiliki pengalaman menjalankan program ISL jauh sebelum kami memulainya. Selain karena memiliki visi yang sama, hal inilah yang membuat kolaborasi PolyU dan UKDW bertahan sejak tahun 2012. Saat ini, Service-Learning telah menjadi bagian penting dari kurikulum akademik kami, sehingga kami berharap kolaborasi ini akan terus berjalan,” ujar Renee.

Bagi Renee, program ISL yang telah dijalankan sebagai program kolaborasi ini diharapkan memberikan dampak luas, baik bagi para mahasiswa maupun bagi penerima manfaat. “UKDW telah memberikan pengalaman baru bagi mahasiswa kami mempraktekkan ilmunya dalam konteks masyarakat Indonesia. Tidak berhenti di sini, kami berharap program ISL dapat meningkatkan kemampuan masyarakat, warga desa maupun murid SD untuk dapat secara mandiri meneruskan program-program yang telah diselenggarakan. Apabila kesinambungan ini dapat berjalan, maka tentunya dampak yang diberikan akan semakin baik,” ujar Renee. [ai]

Pin It on Pinterest

Share This