Masa pandemi Covid-19 menunjukkan fenomena kegairahan masyarakat, termasuk kelompok rentan seperti perempuan dan penyandang disabilitas untuk membuka usaha-usaha kecil skala rumahan dan memasarkannya melalui media online. Upaya ini dilakukan untuk menggantikan pemasukan yang terganggu akibat pandemi namun juga sekaligus menyisihkan keuntungan sebagai bantuan bagi sesama yang sangat terdampak oleh pandemi. Akses terhadap modal kerja, kualitas produk, dan keberlanjutan usaha menjadi tantangan pengembangan usaha kelompok rentan sehingga membangun kepercayaan sebagai pelaku usaha maupun bagaimana membangun kepercayaan pasar terhadap hasil usaha mereka.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Magister Manajemen Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta dan Perkumpulan OHANA Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan semiloka “Truth Based Leadership: Strategi Mengembangkan Kewirausahaan Sosial” pada hari Kamis, 4 Agustus 2022 di Ruang Seminar Pdt. Tasdik UKDW dalam kerangka rangkaian program pemberdayaan perempuan dan kelompok rentan dalam mengembangkan wirausaha sosial.
Dra. Endah Setyowati, M.Si., M.A., Dosen Mata Kuliah Humaniora yang menjadi panitia menyebutkan kegiatan ini menawarkan pendekatan membangun kepercayaan sebagai landasan bagi pribadi dan organisasi untuk menemukan gagasan dan aktivitas operasional usaha sosial agar berkelanjutan. Adapun narasumber semiloka ini adalah Tya Adhitama, MBA, NED., CCP, seorang konsultan, pembicara internasional dan coach terakreditasi bidang kepemimpinan/manajemen/pendidikan/filantropi. Peserta terdiri atas mahasiswa dan dosen Magister Manajemen Fakultas Bisnis UKDW, Kelompok Perempuan Lintasan Iman (SRILI Bakoelan), Tali Rasa-kelompok usaha dampingan Fakultas Bisnis UKDW, Koperasi Konsumen Griya Jati Rasa, kelompok usaha perempuan dengan disabilitas yang menjadi dampingan Perkumpulan OHANA, serta para peminat atau pengamat masalah kewirausahaan sosial.
Peserta yang hadir bersifat inklusif karena terdiri atas pelaku wirausaha sosial, pendukung pemberdayaan perempuan dan penyandang disabilitas, dosen UKDW, serta mahasiswa. Setelah membahas perbedaan dan pentingnya kepemimpinan transaksional vs transformasional saat mengembangkan bisnis, Tya Adhitama membagi peserta menjadi 5 kelompok kerja yang kemudian mempresentasikan hasil kerjanya.
Dalam semiloka ini juga dipamerkan produk-produk hasil binaan sejumlah koperasi di Yogyakarta. “Karena adanya PPKM, kami hanya bisa menerima 40 pendaftar. Meski yang berminat untuk hadir lebih dari itu,” ungkap Endah Setyowati.
Yohanna Silviani Eka dari SRILI Bakoelan mengatakan “Pelatihan ini seperti meng-install ulang pola pikir saya sebagai pengusaha yang harus memahami cara berpikir transaksional dan transformatif, belajar menemukan akar masalah dan penyelesaiannya”. (MKH/ES)