Mahasiswa Program Studi (Prodi) Studi Humanitas Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta Angkatan 2024 melakukan kunjungan ke Museum Sonobudoyo pada hari Jumat, 27 September 2024. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka perkuliahan Budaya Digital: Menjadi Manusia di Era Informasi.
Museum Sonobudoyo yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini menyimpan berbagai koleksi mengenai budaya dan sejarah Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Museum Sonobudoyo didirikan pada tanggal 6 November 1935.
Sonobudoyo berasal dari kata sono yang artinya tempat dan budoyo yang artinya budaya. Museum Sonobudoyo adalah tempat untuk melestarikan budaya. Dimana terdapat ruangan-ruangan yang berisi bermacam-macam koleksi. Seperti ruangan pada rumah Jawa yang memiliki banyak koleksi tentang kebudayaan Jawa, Madura, Bali serta peninggalan dari zaman prasejarah seperti artefak dan lain sebagainya.

Tidak hanya peralatan serta kebudayaan yang ada pada zaman dulu, Museum Sonobudoyo juga menyajikan beberapa hal yang digabungkan dengan teknologi, contohnya permainan panahan yang menggunakan virtual reality (VR). Dengan adanya teknologi VR tersebut para pengunjung bisa merasakan bagaimana suasana pada zaman dulu. Harapannya VR dapat meningkatkan minat para pengunjung. Selain menjadi sarana yang edukatif, VR juga dapat memberikan pengalaman berbeda bagi para pengunjung .
“Beberapa diantara kami mendapatkan kesempatan untuk memainkan beberapa permainan yang terdapat disana. Kami merasa sangat senang karena bisa merasakan suasana yang belum pernah kami rasakan dan memainkan secara langsung permainan yang ada disana, seperti engklek dan permainan tradisional lainnya. Permainan-permainan tradisional tersebut sangat menarik karena dikemas dengan lebih modern. Selain permainan, kami juga melihat beberapa miniatur seperti miniatur kapal dan miniatur Yogyakarta,” terang Rizki Nurjanah, salah satu mahasiswa Prodi Studi Humanitas.

Rizki Nurjanah menambahkan jika mereka juga mengamati area meja makan atau perjamuan yang dipadukan dengan konsep rijsttafel yang memperlihatkan penyajian makanan yang terkesan keren dan futuristik. Selain teknologi audio dan visual rijsttafel yang memperlihatkan penyajian makanan, susunan meja, susunan piring, dan proses pengolahan makanan, Museum Sonobudoyo juga menampilkan video mapping dan rijsttafel yang yang menjelaskan pewayangan set damarwulan. Dengan memadukan budaya dan teknologi, Museum Sonobudoyo berhasil membuktikan bahwa dengan adanya teknologi, kebudayaan bisa dilestarikan bahkan dikemas sesuai dengan perkembangan zaman.

“Dari kunjungan ini kami belajar tentang bagaimana peradaban berkembang. Bagaimana kebudayaan tercipta, dan kebudayaan yang ada pada masa sekarang tidak terlepas dari budaya pada zaman dulu karena semuanya saling berkaitan dan saling berkesinambungan. Kami semakin paham jika kebudayaan yang ada pada saat ini sudah ada sejak zaman dulu, namun dikemas dengan platform yang berbeda,” terang Rizki Nurjanah.

Pada dasarnya kebudayaan yang ada saat ini tidak lepas dari kebudayaan yang diciptakan oleh para nenek moyang kita. Kebudayaan merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya. “Oleh karena itu, kita wajib untuk melestarikan kebudayaan yang ada dan salah satu cara untuk melestarikan kebudayaan tersebut adalah dengan mempelajarinya. Mempelajari budaya adalah sebuah kewajiban agar kebudayaan tetap bisa dilestarikan dan terus berkembang,” pungkasnya. [PSH/Rizki]

Pin It on Pinterest

Share This