Pertumbuhan, kemajuan, dan inovasi. Kata tersebut sekarang ini menggambarkan citra Asia, khususnya Asia Timur dan Asia Tenggara dalam pentas politik dan ekonomi global. Kawasan tersebut akhir-akhir ini dikatakan merupakan penggerak utama transaksi ekonomi global menggeser kekuatan barat yang selama hampir mendominasi selama 1/2 abad terakhir pasca runtuhnya negara-negara sosialis. Berbagai klaim atas kemajuan Asia seringkali dialamatkan kepada kebijakan ekonomi yang pragmatis dan nilai-nilai Asia (Asian Value). Penjelasan triumfalisme ini setelah Mahbubani (2008) menuliskan kebangkitan Asia juga merupakan kebangkitan peradaban non-Barat (The Rise of the Rest), yang berdasar kepada pragmatisme Asia dalam menghadapi tantangan Global. Meskipun demikian penafsiran ini dapat menggambarkan perkembangan taraf sosio-ekonomi dan posisi strategis global Asia, pembacaan ini cenderung simplistic dan karenanya diperlukan suatu analisis dan diskusi yang lebih komprensif.

Pengujian kembali terhadap tesis-tesis ini diperlukan karena Asia sebagai sebuah entitas, meskipun banyak pencapaian namun tidak lepas dari berbagai masalah. Berbagai macam survey, laporan, kajiian dan berita menunjukkan bahwa Asia masih merupakan ladang subur kemiskinan, kesenjangan, dan otoritarianisme. Kelesuan ekonomi Jepang, kebangkitan Tiongkok, meningkatnya persaingan goepolitik dan keamanan serta arus demokratisasi semakin menambah kompleksitas Asia. Di tengah arus perubahan ini, neoliberalisme tetap bertahan sebagai sebuah pedoman bagi pemerintahan negara-negara dan regional order di Asia. Dominasi neoliberalisme di Asia pada akhirnya berujung pada pertanyaan, bagaimana neoliberalisme bekerja dan mempengaruhi diskursus politik, ekonomi, sosial, dan budaya di Asia? Bagaimana masa depan neoliberalisme di Asia khususnya Indonesia?

Dalam rangka menjawab berbagi pertanyaan tentang perkembangan geopolitik di Asia dan pengaruhnya terhadap ekonomi dan politik Indonesia, Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis (PSEB) Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menyelenggarakan Rountable Discussion pada hari Kamis, 16 November 2023 di Ruang Seminar Pdt. Dr. Harun Hadiwijono. Adapun narasumber acara ini adalah Agung Iriantoko, MA, Ph.D., lulusan dari University of California Barkeley dan Sussex University sekaligus pengajar tamu Lemhanas RI, research scholar Harvard University, dan Board of Advisor to the President BP Migas.

Diskusi terbatas yang dimoderatori Drs. Purnawan Hardiyanto, M.Ec.Dev. (Ketua PSEB Fakultas Bisnis UKDW) ini mengambil tema “Indonesia di tengah Peta Geopolitik Dunia” yang membahas kaitan antara perkembangan politik di Indonesia akhir-akhir ini dengan perkembangan dinamis peta geopolitik dunia. Diskusi tersebut dihadiri oleh para dosen dari berbagai fakultas, perwakilan gereja, dan organisasi Kristen. [PSEB/Edy]

Pin It on Pinterest

Share This