Sumbu Filosofi Yogyakarta adalah salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta dan sudah diakui oleh UNESCO sebagai bagian dari warisan budaya dunia. Oleh karena itu, harus ada langkah yang diambil untuk mempertahankan keberlanjutan dari kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta ini.
Melihat potensi yang dimiliki oleh DIY, tim dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta yang terdiri atas Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T., Dra. Agustini Dyah Respati, MBA, bersama dua orang mahasiswa lantas melakukan penelitian yang berjudul “Creative Placemaking Sebuah Pendekatan untuk Merawat Warisan Budaya Dunia Sumbu Filosofi Yogyakarta”.
Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T. menyebutkan lokasi penelitian yang diambil adalah Jalan Margo Utomo, dimulai dari Monumen Tugu hingga Stasiun Tugu. “Tempat ini dipilih dengan mempertimbangkan perkembangan destinasi unggulan Yogyakarta yang menawarkan local experiences, seperti kebudayaan dan gastronomi setempat,” ungkapnya.
Penelitian tersebut bertujuan untuk menemukan model pemanfaatan ruang publik untuk aktivitas pariwisata dan respon visual bangunan terhadap aktivitas pariwisata di Jalan Margo Utomo, serta sejauh mana respon spasial dan visual tersebut berkontribusi terhadap keberlanjutan warisan budaya dunia Sumbu Filosofi Yogyakarta.
“Ruang publik di sekitar Monumen Tugu direspon oleh pengunjung dan wisatawan sebagai spot favorit, karena adanya Monumen Tugu yang menjadi landmark Yogyakarta. Suasana yang berbeda terdapat di area pedestrian di sepanjang jalan dari Monumen Tugu menuju rel kereta api di depan Stasiun Tugu. Area pejalan kaki tersebut dimanfaatkan oleh pedagang kaki lima dan menjadi tempat singgah pengunjung dan wisatawan sambil menikmati kuliner setempat. Tersedianya elemen fisik pendukung seperti bangku taman dan pohon sangat mendukung terjadinya interaksi di ruang publik tersebut. Pada area persimpangan rel kereta api terdapat aktivitas pengunjung yang menikmati kuliner kaki lima sambil mengamati suasana di sekitarnya, terutama datangnya kereta api yang di perlintasan kereta api. Ketiga spot di Jalan Margo Utomo tersebut memiliki karakteristik ruang yang berbeda, sehingga memberikan pengalaman meruang yang berbeda pula bagi wisatawan,” terang Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T.
Temuan dari penelitian ini adalah pemanfaatan ruang publik di sepanjang Jalan Margo Utomo sebagai ruang usaha bagi pedagang kaki lima yang direspon baik oleh pengunjung atau wisatawan membentuk pola ruang publik yang interaktif. Pada area Monumen Tugu terbentuk pola ruang publik yang unik sebagai akibat dari aktivitas pengunjung dan wisatawan yang fokus pada pengalaman ruang di area landmark Yogyakarta. Pengalaman ruang yang juga dinikmati oleh pengunjung dan wisatawan terdapat di area perlintasan kereta api Stasiun Tugu. Sedangkan pedagang kaki lima yang berjualan di area pedestrian, khususnya di depan Hotel Harper, bersifat mendukung aktivitas pariwisata di sepanjang Jalan Margo Utomo. “Jika diamati lebih dalam lagi, interaksi yang terjadi di sekitar Hotel Harper mencerminkan keseharian masyarakat lokal yang mungkin menarik bagi pengunjung atau wisatawan,” tambahnya.
Penelitian ini menunjukkan pemanfaatan ruang publik di Jalan Margo Utomo dengan model creative placemaking yang dicerminkan melalui interaksi sosial dan aktivitas ekonomi pada ruang publik yang melibatkan masyarakat setempat dan pengunjung. Ruang publik yang dibentuk secara kreatif dan partisipatif tersebut berkontribusi terhadap pengembangan pariwisata di salah satu penggal Sumbu Filosofi Yogyakarta. Setiap area yang menjadi objek amatan, memiliki keunikannya masing-masing sehingga memberikan pengalaman yang berbeda bagi wisatawan. Fenomena pariwisata di sepanjang Jalan Margo Utomo direspon baik oleh masyarakat sekitar, terlebih dengan adanya pedagang kaki lima yang melihat peluang usaha di kawasan heritage Yogyakarta. Hal ini memunculkan hubungan timbal balik antara pedagang dan pembeli yang menjadi citra dan daya tarik tersendiri. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pemanfaatan ruang publik, khususnya di Jalan Margo Utomo, untuk mendukung aktivitas ekonomi kreatif dan pariwisata Kota Yogyakarta. [jonathan]