Memiliki latar belakang sebagai lulusan Desain Produk Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Widi Victoria kini terjun ke ranah fesyen. Semua yang ia lakukan berawal dari kesukaannya terhadap sepatu. Semenjak lulus, Widi mulai bekerja di salah satu perusahaan fashion brand Indonesia untuk sepatu. Akan tetapi, dengan jiwa eksplorasinya yang sangat kental, Widi memutuskan untuk mengembangkan kemampuan yang ia yakini.
Setelah memutuskan untuk hengkang dari perusahaan tersebut, Widi mencoba untuk mengenali terlebih dulu apa yang dia inginkan dan potensi yang dimilikinya, hingga ia memilih untuk menekuni dunia fesyen lebih dalam dan serius. Tentu saja banyak hal baru yang perlu ia pelajari meski sudah memiliki gelar Sarjana Desain. Terjun di ranah fesyen, tentu Widi perlu memfokuskan diri lebih dalam. “Setelah beralih dari desain produk, sekarang aku memilih untuk cara membuat baju yang benar itu seperti apa. Aku memilih untuk spesialisasi membuat baju wedding,” ungkapnya usai dijumpai dalam fashion show produk hasil rancangannya.
Terjun di ranah fesyen tentu membuat Widi menemukan banyak hal baru. Setelah lulus dari tempat kursus fesyen yang ia ikuti, Widi pun bertemu partnernya untuk saling berbagi dan mengembangkan brand dan bisnis yang mereka miliki. Meski tidak gampang, Widi dan partner cukup yakin dengan apa yang mereka lakukan. Selama terjun di dalam dunia fesyen, Widi sudah beberapa kali memiliki pengalaman dalam memamerkan pakaian hasil rancangannya dalam festival di Jakarta, di antaranya adalah JF3 di Kelapa Gading dan Jakarta Fashion Week pada tahun 2018. Kesempatan ketiga adalah ia berkesempatan menampilkan hasil rancangannya di Jogja Fashion Festival 2019 bertempat di Ambarrukmo Plaza, Sabtu, 9 Maret 2019. Acara tersebut juga merupakan bagian dari rangkaian kegiatan hari jadi Ambarukmo Plaza ke-13 yang mengangkat tema “Unbeatable”.
Meski sudah memiliki beberapa pengalaman di dunia fesyen, rasa ingin belajar yang dimiliki Widi sedikit pun tidak berkurang. “Bagiku, hidup itu harus tetap belajar. Saya pun tidak tahu berapa lama saya akan bertahan, karena branding itu sendiri juga tidak gampang,” ujarnya. Seperti yang sudah ia tegaskan bahwa hidup harus tetap belajar, Widi merasa semua orang harus memposisikan dimana dirinya berada. Misalkan sebagai desainer pakaian wedding, jadilah desainer yang tahu hilir dan hulunya. Pada dasarnya, semua orang harus tahu apa yang akan ia lakukan. Baginya, perempuan dan pria dalam industri fesyen tidak ada bedanya karena segalanya harus berjalan sesuai dengan passion-nya. Widi mengungkapkan bahwa belum tentu fesyen yang dirancang oleh perempuan akan selalu disukai kaum perempuan itu sendiri, begitu pula dengan pria. Keduanya harus berkembang dan saling melengkapi. Beralihnya passion dari sepatu ke pakaian tidak menyurutkan semangat Widi. “Kalau dirasa berpindah haluan itu berat, mungkin cara belajar kita yang belum benar, dan berarti kita masih susah untuk beradaptasi,” jelas Widi.
Sebagai pribadi yang tidak lelah untuk belajar, Widi memiliki prinsip yang selalu ia pegang. “Hari ini saya harus lebih baik lagi, dan yang terpenting, dengan kesibukan yang saya jalani, saya harus selalu lebih care ke orang tua saya,” jelasnya. Tidak hanya itu, Widi juga ingin membangun sesuatu yang baik dan nyaman bagi dirinya dan orang tuanya. [Santi]