Pada awal Agustus ini, tepatnya tanggal 8 s.d 12 Agustus 2022 yang lalu, UKDW Yogyakarta menjadi tuan rumah kegiatan Summer School yang diadakan oleh Perhimpunan Sekolah-Sekolah Teologi Indonesia (PERSETIA). Sebagai pembuka kegiatan, diadakan ibadah pembukaan di Kapel UKDW. Ibadah ini mengusung tema “Identity Politic And Theology In The Public Space” yang juga menjadi tema dari Summer School ini.
Dengan Firman yang dibawakan oleh perwakilan Dekanat Fakultas Teologi, Pdt. Wahju Satria Wibowo, M.Hum., Ph.D., dimana sangat terasa corak budaya Jawa dan nuansa puitis, mulai dari tarian Sekar Pudyastuti hingga monolog yang disampaikan oleh mahasiswa Program Sarjana Fakultas Teologi. Dalam khotbahnya, Pdt. Wahju mengajak peserta kegiatan untuk merefleksikan sikap para teolog ataupun umat beragama, yang seringkali mengatasnamakan kepentingan umat atau agama demi mencapai suatu maksud politis. Hal ini rupanya dapat diselidiki sampai zaman Perjanjian Lama, seperti dalam narasi Amos 7:10-17 yang menjadi nats bacaan dalam ibadah ini. Setelah ibadah pembukaan, dilanjutkan dengan sambutan-sambutan mulai dari Rektorat UKDW Yogyakarta, Dekanat Fakultas Teologi, hingga para pengurus dari PERSETIA. Tahun ini, Summer School masih diadakan dalam kondisi hybrid, dikarenakan adanya pandemi. Total terdapat 77 peserta dengan 11 peserta di antaranya mengikuti secara daring dari India.
Dengan mengusung tema “Identity Politic And Theology In The Public Space”, PERSETIA mencoba menunjukkan bahwa ilmu teologi adalah ilmu yang memiliki tanggung jawab untuk senantiasa menjaga relevansi dan memberi sumbangsih pemikiran ke dalam masyarakat. Teologi bukanlah ilmu yang eksklusif hanya melayani kepentingan golongan tertentu, namun bersama-sama dengan ilmu-ilmu lain masuk ke ruang publik untuk berdialog dan membuka dirinya.
Menjelang akhir dari kegiatan ini, diadakan seminar terbuka dengan tema “The Provocations of Peace and Tolerance in Resistance toward Identity Politics in Public Spaces”. Seminar ini diisi oleh pembicara dari beragam kalangan seperti Rev. Dr. (H.C) Jacklevyn F. Manuputty, M.A., Sekretaris Umum Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Moh. Aan Anshori, A.Md., S.H., M.H. dari Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD) serta Drs. Sabar Subekti dari perwakilan jurnalis. Lewat latar belakang yang berbeda, kegiatan bersama-sama mencoba memberikan perspektifnya masing-masing terkait radikalisme dan politik identitas. Dari paparan ketiganya, dapat ditarik sebuah garis yang sama yaitu sebuah sikap. Sikap tersebut yaitu sikap secara aktif mendorong dan menyuarakan hadirnya perdamaian dan toleransi dalam menghadapi gempuran politik identitas yang semakin memecah belah masyarakat di ruang publik. Harapannya, para peserta yang adalah teolog-teolog, dapat terdorong untuk semakin mempersiapkan diri dan umatnya untuk mengupayakan perdamaian, terutama dalam menyikapi tahun politik yang semakin dekat. (Moshe)