Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menggelar acara dengan tajuk “Seminar Belajar Asyik, Semua Bisa Ikut” pada hari Sabtu, 26 Oktober 2024 di Lecture Hall Pdt. Dr. Rudi Budiman. Acara yang merupakan rangkaian dari Dies Natalis ke-62 Duta Wacana, ini mengangkat tema inklusivitas, yang menjadi bagian dari visi UKDW yakni untuk menjadi universitas yang mengedepankan inklusivitas dan keberkelanjutan. Hadir sebagai narasumber Dr. Itje Chodidjah, M.A., Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO dan Vania Sharleen Setyono, M.Si., Teol Dosen Prodi Studi Humanitas UKDW.

     Rektor UKDW, Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T. berharap materi yang disampaikan bisa memperkaya wawasan. “Tema ini sangat menantang kita, supaya semua bisa ikut dalam proses pendidikan. Meski tidak mudah, usaha-usaha yang sudah dilakukan UKDW yang mengarah inklusivitas patut kita hargai. Acara ini tidak lepas dari salah satu SDGs yaitu goals ke-4 untuk menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata. Dengan goals itu kita yakin bahwa seharusnya semua bisa mengikuti proses pendidikan dan tidak ada yang ditinggalkan,” ujarnya.

     Dalam paparannya, Dr. Itje Chodidjah, M.A., menyebutkan proses pembelajaran didapatkan setiap hari dalam kehidupan sehari-hari kita. “Setiap orang terlahir untuk belajar. Dari bayi mulai belajar mendeteksi suara. Setiap bayi juga melakukan scientific proses, melakukan observasi kemudian hipotesa. Tumbuh menjadi anak-anak belajar untuk menganalisa, merespons setiap pengalaman pertama,” katanya. 

     Dr. Itje Chodidjah, M.A mengatakan setiap individu memiliki potensi. Hanya dirinya sendiri yang dapat menentukan akan diarahkan kemana potensi dirinya tersebut. Sampai pada usia tertentu, setiap individu memerlukan orang lain untuk mengambil keputusan, itulah sebabnya proses pendidikan dalam keluarga dan sekolah memiliki peranan penting untuk membantu pertumbuhan kognitif dan emosi individu. 

     “Keputusan setiap individu ditentukan oleh hasil dan pengalaman belajarnya. Oleh karena itu, semakin interaktif orang dewasa membimbingnya, semakin banyak pengalaman yang terjadi di dalam otak dan emosinya. Melatih berpikir jauh lebih penting daripada memorizing, karena belajar membutuhkan proses, dimana otak diajak untuk berdaya. Sehingga kita dapat menghadapi kompleksitas dengan pendekatan slow thinking, namun bisa merespos dengan cepat,” terangnya.

     Kesimpulannya adalah belajar asyik yang akan melibatkan semua untuk ikut, memerlukan kerja sama untuk terus menumbuhkan kesadaran bahwa belajar itu adalah keputusan individu. Topik yang dibicarakan hari ini adalah topik untuk menghadirkan manusia yang mampu bergaul dengan siapapun dari golongan apapun. 

     Dr. Itje Chodidjah, M.A berharap di usia yang ke-62 tahun ini, UKDW semakin matang dalam mengelola pendidikan untuk menyiapkan manusia-manusia Indonesia yang kuat. UKDW terus memampukan diri untuk membawa Indonesia dalam kehiduan yang memberikan kesempatan bagi seluruh warga negara untuk hidup dengan layak secara fisik maupun psikologis.

    Selanjutnya Vania Sharleen Setyono, M.Si., Teol membagikan pengalamannya selama belajar di bangku sekolah dan mengajar di UKDW. Vania menyebutkan dari tagline #bisabelajarbisa yang digagasnya, diharapankan setiap siswa yang datang ke UKDW, bisa belajar, terlepas dari latar belakangnya seperti apa. Dan setelah lulus belajar bisa menjadi seseorang yang berdaya guna. Vania juga sepakat dengan Ibu Itje bahwa proses belajar dilakukan seumur hidup. “Belajar asyik, semua bisa ikut, membutuhkan proses bersama-sama. Bukan hanya tugas pendidik, tapi juga tugas pelajar. Kita adalah long life learner,” pungkasnya.

Pin It on Pinterest

Share This