Taekwondo menjadi cabang olahraga yang dipilih oleh Steven Michael Arbyanto untuk digeluti. Steven, begitu ia akrab dipanggil, memilih taekwondo pada awalnya karena hanya ingin berolahraga dan juga pada masa sekarang ini marak kejahatan yang terjadi di jalanan sehingga ia memutuskan untuk lebih menggeluti taekwondo sebagai upaya untuk mempertahankan diri. Steven mengungkapkan seiring berjalannya waktu, dengan adanya tawaran untuk mengikuti segala bentuk kejuaraan maka prestasi untuk menjadi atlet menjadi semakin menarik untuknya.
Steven sendiri telah berhasil menjuarai berbagai kejuaraan taekwondo yang diselenggarakan di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Steven bercerita tentang kejuaraan yang menurutnya paling berkesan. “Kejuaraan Taekwondo Walikota Yogyakarta 2022 menurut saya paling berkesan. Dalam kejuaraan tersebut saya mendapatkan urutan nomor 2 untuk bermain poomsae. Lawan saya di urutan pertama sudah meraih point yang cukup tinggi di angka 6,8 namun ternyata saya melebihi dengan point 7,1 dan point tersebut tidak diimbangi oleh pemain ke 3 dan ke 4,” ujarnya hingga ia akhirnya berhasil meraih Juara 1 Poomsae Walikota Yogyakarta 2022.
Saat ini Steven tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Filsafat Keilahian Fakultas Teologi Angkatan 2020 Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta. Di tengah kesibukannya berkuliah dan menekuni taekwondo, Steven berbagi tips dalam membagi waktu. “Saya merasa harus melatih fisik saya dan kognitif secara seimbang. Jadi saya meluangkan waktu untuk berlatih dua kali seminggu, dan sisanya setelah latihan saya akan belajar untuk kepentingan akademik saya. Tentu tidak berjalan mulus saja, hambatannya terkadang tidak mudah mengatur fisik yang lelah supaya tetap dapat latihan namun juga belajar,” katanya.
Di UKDW Yogyakarta, Steven juga bergabung di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Taekwondo. Saat ini Steven dipercaya sebagai ketua UKM Taekwondo UKDW Yogyakarta. Ia mengungkapkan bahwa Tim Taekwondo UKDW sudah bangkit kembali. “Di masa pandemi kami benar-benar tidak bisa melakukan apapun. Namun setelah pandemi mereda seperti sekarang dan kejuaraan sudah mulai muncul kembali maka kami berusaha berlatih dan bertanding sekuat mungkin untuk berprestasi,” ujar mahasiswa kelahiran 2001 ini. Hal ini terbukti dengan bertambahnya jumlah anggota Tim Taekwondo UKDW hingga 45 orang. Mereka biasanya berlatih dua kali seminggu, yakni di hari Selasa dan Jumat pukul 19.00 dengan didampingi pelatih Sabeum Caesario. Steven berharap UKDW Yogyakartya dapat memberikan dukungan lebih dan fasilitas kepada mereka sehingga Tim Taekwondo UKDW dapat semakin berkembang dan memberikan hasil yang terbaik bagi nama universitas.
Ketika ditanya bagaimana awal mula ia tertarik masuk ke Fakultas Teologi UKDW Yogyakarta, Steven mengatakan jika ia tertarik akan gaya berteologi di UKDW Yogyakarta yang sangat kental dengan teologi kontekstual. “Saya mendapat info dari kakak tingkat bahwa berkuliah teologi di UKDW sangat asik mulai dari fasilitas bus, asrama, dan biaya yang tidak terlalu mahal,” ungkap mahasiswa yang berasal dari Magelang tersebut. Mulai dari kelas 3 SMP, Steven mulai suka membaca buku serta mengikuti seminar dan pendalaman Alkitab. Akhirnya ia tertarik untuk mempelajari Alkitab secara lebih dalam dan masuk ke Fakultas Teologi UKDW. Selain itu, kelebihan dari Fakultas Teologi UKDW yang sudah terakreditasi “A” dan memiliki nama yang cukup terkenal di kalangan gereja-gereja Kristen memantapkan niatnya untuk melanjutkan studi di UKDW.
Bagi Steven, UKDW adalah kampus swasta yang sangat baik dalam segi pengembangan pendidikan. Mulai dari fasilitas dan segala jenis pelayanan serta kegiatan kemahasiswaan sangat mendukung adanya penggalian potensi dari setiap mahasiswa. Sebagai contoh, fasilitas tidak hanya ruang kelas namun juga ada pula rooftop yang menjadi tempat untuk bersantai mahasiswa di kala jenuh berkuliah. Steven pun menyampaikan harapannya untuk kampus tercinta, “Saya berharap UKDW tetap menjadi universitas yang semakin baik dalam pengembangan akademik maupun non-akademik. Saya juga berharap dukungan kepada prestasi mahasiswa dalam ranah akademik maupun non-akademik dapat diiseimbangkan sehingga nilai-nilai kedutawacanaan dapat terlihat dalam kehidupan universitas,” tutupnya. [Lia]