Menghadirkan pembicara dari salah satu dosen Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) yaitu Pdt. Yahya Wijaya, Ph.D, Fakultas Teologi UKDW menggelar seminar pertama SETIA (Seminar Teologi dan Isu-Isu Aktual) dengan tema “Sehatkah Tuhan Anda?” yang dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 6 Mei 2019  di Lecture Hall Pdt. Dr. Rudi Budiman. Tema ini diambil berdasarkan titik tolak ukur bahwa iman ternyata mempunyai dampak negatif dan positif pada kesehatan.

Menurut Pdt. Yahya Wijaya, Ph.D, indikator seseorang dikatakan tidak sakit bukan hanya tidak menderita suatu penyakit. Kesehatan secara menyeluruh bukan hanya tentang kondisi fisik tertentu. Kesehatan mempunyai tiga dimensi, yaitu kesehatan fisik, mental (emotional), dan sosial. Kesehatan adalah kebugaran tubuh, ketajaman pikiran, dan keseimbangan emosi. Ketika ketiga elemen itu berada dalam kondisi baik maka memungkinkan seseorang menjalani kehidupan dengan kualitas terbaiknya.

Ada perdebatan definisi untuk ketiga dimensi, seperti dari matrealisme medis yang mengatakan bahwa pikiran (mind) manusia dipengaruhi oleh otak (brain). Apakah seseorang bisa dikatakan beragama atau tidak adalah otak yang menentukan. Sehingga di masa depan bisa saja diciptakan suatu alat rekayasa otak untuk mempengaruhi pemikirannya. Tetapi kemudian muncul penelitian lain dari bidang neuroscience. Neuroscience mengatakan hal sebaliknya, bahwa pikiran mempengaruhi otak. Otak manusia mengalami perkembangan sampai mati dari segi fungsi dan struktur. Pikiran, perangsang aktivitas, merupakan bagian dari otak yang disebut dengan amygdala. Tidak adanya aktivitas pada amygdala akan menyebabkan seseorang tidak dapat merasakan sesuatu seperti tidak merasa takut dan waspada. Akan tetapi amygdala yang terlalu aktif juga akan menyebabkan stres. Amygdala dapat dikendalikan dengan cara meditasi.

Seminar ini juga banyak membahas tentang psikoteologi. Konsep dari psikoteologi adalah bahwa gambaran tentang Tuhan berpengaruh kepada kesehatan. Gambaran terhadap Tuhan yang sakit maka menghasilkan umat yang sakit. Oleh karena itu sinergi antara teologi yang sehat dengan psikologi yang bertanggung jawab akan menghasilkan kondisi yang sehat. Tradisi agama yang mengajarkan Tuhan sakit menyebabkan banyak orang mengalami “sakit”. Oleh karena itu pelayanan penyembuhan Tuhan Yesus tidak hanya sekedar penyembuhan fisik, tetapi juga dengan gambaran Tuhan yang baik. Misalnya Tuhan tidak pernah mengatakan “Aku telah menyembuhkanmu” akan tetapi “Imanmu telah menyembuhkanmu”. Dengan begitu Tuhan menunjukan sikap anti perfeksionisme.

Orang yang sakit biasanya dicap sebagai orang yang berdosa. Hal tersebut merupakan bagian dari politik dosa yang biasa dilakukan oleh pemuka agama. Politik dosa juga termasuk dari penyembahan Tuhan yang sakit. Gambaran Tuhan yang sakit adalah Tuhan yang perfeksionis. Tuhan yang menuntut kesempurnaan manusia dan tidak bisa melihat kesalahan. Jika umat secara terus menerus didoktrinasi tentang gambaran Tuhan yang sakit maka akan mengalami sakit, letih, lesu, berbeban berat, dan stres. Merasakan cinta Tuhan itu lebih penting daripada doktrin yang ada. Ajaran tentang Tuhan yang sehat akan membentuk umat yang juga sehat secara fisik, mental, dan sosial. [debo]

Pin It on Pinterest

Share This