Menata keuangan, apalagi mempersiapkan dana untuk masa tua, memang bukan hal yang mudah dan perlu dilakukan sejak dini. Sayangnya, masih banyak yang belum tahu dan belum sadar akan pentingnya investasi. Pada edisi kali ini, kita akan mengenal secara lebih mendalam profil seorang dosen yang menekuni minatnya pada perbankan dan lembaga keuangan, serta sedikit mengulas perihal investasi dan cara mengelola keuangan pribadi maupun rumah tangga secara bijak.  

Dr. Murti Lestari, M.Si., dosen dan peneliti yang berkarya di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) sejak tahun 1989 membagikan pengalaman dan pengetahuannya seputar bidang yang ia tekuni selama ini. Menekuni pendidikan sarjana hingga doktor di Ilmu Ekonomi membuat Murti memiliki ilmu yang mumpuni untuk berprofesi sebagai dosen di UKDW, peneliti di beberapa pusat studi, serta tenaga ahli di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kabupaten Bantul.

Tidak hanya berkarir, Murti juga menyeimbangkan aktivitas hariannya dengan terlibat di organisasi sosial yang produktif. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) DIY menjadi ruang baginya untuk mengembangkan pengetahuan, belajar dari banyak guru besar, serta berbagi ilmu bersama orang-orang yang ahli di bidangnya. Kini, Murti dipercaya rekan-rekannya menjadi Koordinator Bidang Riset di ISEI DIY. Selain mengadakan diskusi, ISEI DIY juga sering memberikan pandangan dan masukan terkait kebijakan pemerintah DIY demi kemajuan DIY dan Indonesia. 

Pada saat muncul rencana pembangunan jalan tol Yogyakarta-Surakarta, ISEI DIY menyampaikan pendapatnya sebagai masyarakat independen mengenai manfaat jalan tol, penyebab suatu daerah harus memiliki jalan tol, serta kerugian jika tidak membangun jalan tol. Baru-baru ini, ISEI DIY menggelar diskusi mengenai asuransi dan berbagai seluk-beluknya yang sedang hangat dibicarakan di Indonesia. “Asuransi memiliki dampak yang besar, karena menjadi infrastruktur investasi. Mengapa demikian, karena asuransi mampu menurunkan risiko. Jika asuransi sebuah negara tidak sehat, maka investasi akan sulit masuk, atau akan menggunakan jasa asuransi dari luar negeri. Tentu hal tersebut sangat disayangkan, karena potensi investasi yang begitu besar akhirnya dimanfaatkan oleh jasa asuransi dari luar negeri”.

Berkaitan dengan peran Murti dan ISEI DIY dalam memberikan pandangan dan pendapat kepada pemerintah, dalam tugasnya sebagai dosen, ia selalu mendorong mahasiswa untuk mampu menyampaikan masukan pada pemerintah demi perkembangan daerah di sekitarnya. “Mahasiswa bisa menulis di surat kabar, di ruang publik, mengundang wartawan, atau menyampaikan pesan di media sosial, sehingga pesan, masukan, dan keluhan kepada pemerintah dapat tersampaikan secara efektif.” pesannya. Dalam mata kuliah yang diajarkannya yaitu Ekonomi Indonesia, Murti selalu mewajibkan mahasiswanya untuk mampu menilai kinerja pemerintah hingga mencari akses untuk mendapatkan data-data yang bersifat publik.

Melihat kondisi ekonomi yang bergerak begitu cepat akhir-akhir ini, Murti Lestari menekankan pentingnya investasi ilmu, tergantung pada minat setiap pribadi. “Berdasarkan pengalaman bazaar wirausaha yang digelar mahasiswa, kebanyakan pasti menjual barang-barang konsumsi (makanan, minuman, dan lain-lain.), padahal hidup tidak selalu tentang makan. Kalau kalian punya ketertarikan di bidang memasak, fashion, tata rias, atau fotografi, pelajarilah sungguh-sungguh dan perlakukan konsumen dengan hormat serta profesional” imbuhnya. Murti mendorong mahasiswa untuk juga menggali kemampuan di bidang layanan jasa, seperti yang dilakukan salah satu anaknya yang menekuni jasa dokumentasi untuk acara-acara tertentu.

Berbicara tentang investasi, selain investasi ilmu, mahasiswa tentu harus membekali diri dengan investasi dana. Menurut Murti, setiap orang harus melakukan investasi, sehingga memiliki simpanan dana yang cukup di hari tua. Untuk itulah, ia memberi saran bagi para pemula untuk melakukan investasi dengan risiko rendah dan hasil yang wajar. 

Murti memberikan gambaran hidup manusia dan kaitannya dengan investasi serta hutang. Ketika masih anak-anak, seseorang memiliki banyak kebutuhan, tetapi belum memiliki penghasilan. Memasuki usia kerja, kebutuhan semakin meningkat, akan tetapi sudah memperoleh pemasukan yang lebih besar dari kebutuhan. Beranjak menapaki usia senja, kebutuhan bukannya menurun, tetapi kian bertambah karena permasalahan kesehatan memakan biaya yang tidak sedikit. “Jika dilihat kembali, kita sedang berhutang pada orang tua pada fase anak-anak, karena mereka membuat hidup kita nyaman dengan segala kebutuhan kita yang mesti dipenuhi. Atas dasar itulah, ketika orang tua sudah memasuki masa pensiun dan menghadapi penurunan kesehatan, kita wajib membayar hutang tersebut dengan membuat mereka hidup nyaman melalui segala kebutuhan serta penopang kesehatannya.” jelasnya. 

Berdasarkan pengalaman pribadinya, Murti menerapkan aturan untuk membagi pemasukan dengan rasio 40 persen untuk pemenuhan kebutuhan, sementara 60 persen untuk investasi. Jika hanya satu orang yang bekerja, rasionya dapat disesuaikan menjadi 80 persen untuk konsumsi, sedangkan 20 persen untuk ditabung. Selain itu, perhitungan konsumsi juga didasarkan pada apa yang perlu dikonsumsi, sehingga pengeluaran menjadi terencana. Cara lain yang selama ini ia lakukan adalah melakukan kredit untuk membeli aset yang nilainya akan meningkat di masa mendatang.

Kepada mahasiswa yang tertarik untuk berinvestasi, Murti menitipkan pesan supaya mempelajari semua tipe investasi, entah itu bertransaksi di pasar saham, valuta asing, bahkan investasi berupa sharing modal usaha secara mendalam. Pojok Bursa Efek yang dimiliki UKDW bisa menjadi tempat menggali ilmu bagi mahasiswa yang ingin mencoba berinvestasi. Jika ada kelas atau seminar yang membahas investasi, ikutilah kelas tersebut. “Di era digital, mahasiswa harus belajar banyak ilmu karena sangat memungkinkan untuk dilakukan, sehingga mahasiswa punya bermacam keahlian. Tentu saja, ketika memilih untuk mempelajari bidang tertentu, pelajarilah secara serius dan detail,” pesan Murti. Pada intinya, cobalah segala sesuatu, tentu saja dengan berbagai macam perhitungannya, karena mahasiswa harus cerdas dan kreatif. “Di akhir nanti, jika sudah sukses, jangan lupa dengan tempatmu bertumbuh dan jangan lupa akan jati dirimu,” pungkasnya. [rap]

Pin It on Pinterest

Share This