Yohanes Satyayoga Raniasta, S.T., M.Sc., IAI., dosen Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), kini tengah menempuh studi doktoral di The University of Sheffield, Inggris, dengan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Dosen yang akrab disapa dengan nama panggilan Yoga ini mengungkapkan bahwa studi S3 yang saat ini ditempuh merupakan puncak dari sebuah perjalanan panjang dan inspiratif yang dipicu oleh kekagumannya terhadap para pendahulunya, termasuk orang tua dan rekan-rekan senior yang sukses mengenyam pendidikan di negara-negara maju. Yoga juga menyampaikan bahwa posisi saat ini tentunya tidak dengan mudah didapatkan. Mencoba beberapa kali kesempatan beasiswa seperti Australia Awards Scholarship (AAS) dan MEXT dari Jepang, beberapa kali pula ia gagal mendapatkannya. Namun, dari kegagalan tersebut, Yoga menyadari bahwa persiapan yang matang adalah kunci. Akhirnya pada pertengahan tahun 2022, Yoga memperkuat tekadnya untuk fokus mempersiapkan diri secara lebih baik.

Persiapan dimulai dengan memperdalam kemampuan bahasa Inggris melalui kursus IELTS dan mematangkan proposal riset. Dukungan dari program seperti Program Kursus Bahasa Inggris (PKBI) dan Talent Scouting yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada September hingga Desember 2022 turut membantunya dalam memantapkan langkah. Pada pertengahan 2023, untuk beradaptasi terhadap sistem pendidikan di luar negeri, Yoga melanjutkan persiapan dengan mengikuti program Bridging Course di The University of Warwick, Inggris.

Tak hanya itu, di tengah kesibukannya mengikuti berbagai program persiapan studi, Yoga juga berpartisipasi dalam beberapa kompetisi. Meraih penghargaan sebagai Best Presenter di konferensi International Conference on Indonesian Architecture and Planning (ICIAP) yang diselenggarakan di The University Club Hotel Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, bersama Andi Prasetiyo Wibowo, Ph.D., seorang dosen dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yoga membahas tentang arsitektur fasad yang adaptif untuk ruang jalan di sepanjang Jalan Margo Utomo sebagai bagian dari penataan sumbu filosofis Kota Yogyakarta. Selain itu Yoga juga berhasil meraih juara dua (medali perak) dalam perlombaan International Trade Fair “Ideas-Inventions-New Products” yang diadakan di Nuernberg, Jerman. Bagi Yoga, kegiatan seperti ini bukan hanya menjadi ajang untuk berbagi hasil penelitiannya, tetapi juga memperluas jaringan akademisnya dengan bertemu peserta dari berbagai universitas di dalam dan luar negeri. Menurut beliau, jaringan akademis ini akan menjadi investasi sosial yang bermanfaat di masa depan, baik bagi pengembangan karir pribadinya maupun institusi tempat ia mengabdi.

Melewati rangkaian persiapan dengan baik, Yoga akhirnya melamar beasiswa LPDP pada kategori reguler non-LoA (Letter of Acceptance) untuk program doktoral. Dengan usaha keras dan doa, Yoga berhasil melewati tiga tahap seleksi, yakni seleksi administratif, Tes Bakat Skolastik, dan wawancara substansi. Hasilnya, Yoga dinyatakan lulus dan meraih beasiswa LPDP yang menjadi tiketnya untuk mewujudkan mimpi akademiknya di Inggris.

Tidak selesai di sini, setelah berhasil mendapatkan beasiswa, masih ada perjalanan panjang mencari pembimbing yang sesuai dengan bidang minat di arsitektur dan perencanaan kota. Dengan tekun, Yoga mengirimkan proposal ke sejumlah potential supervisor di berbagai universitas terkemuka. Melalui serangkaian wawancara daring, Yoga menerima sejumlah tawaran dari The University of Melbourne, The University of Sydney, Technische Universität Wien (TU Vienna), dan The University of Sheffield. Mempertimbangkan faktor akademik dan kondisi keluarga, akhirnya pilihan jatuh kepada The University of Sheffield sebagai tempat studi S3 dengan meyakini bahwa universitas tersebut memiliki lingkungan akademis yang baik serta kota yang nyaman untuk masa studi jangka panjang.

Di The University of Sheffield, Yoga memfokuskan risetnya pada urban mobility atau mobilitas perkotaan, khususnya pada urban shared street yang mendukung pedestrian walkability pada malam hari. Bidang ini sangat relevan dalam pengembangan tata kota modern yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki. Yoga berharap studinya dapat memberikan kontribusi pada peningkatan keamanan di ruang-ruang publik perkotaan.

Sebagai pendatang baru di Inggris, tentunya tantangan tidak hanya dihadapi di kehidupan kampus. Banyak hal dalam keseharian yang membutuhkan kemampuan untuk cepat beradaptasi. Yoga perlu menyesuaikan diri dengan berbagai aksen bahasa Inggris, terutama aksen Skotlandia dan Wales yang cukup sulit dipahami. Tantangan lain datang dari budaya lokal yang terkenal sopan namun kadang ambigu, terutama saat menerima umpan balik dari pembimbing. Meski demikian, Yoga tetap melihat sisi positif dari lingkungan baru ini, di mana setiap upaya kecilnya selalu diapresiasi. Cuaca yang semakin dingin menjelang akhir tahun juga menjadi tantangan tersendiri, namun Yoga yakin akan mampu beradaptasi secara bertahap.

Sebagai seorang akademisi dari UKDW, Yoga memandang pengalamannya di Inggris sebagai bekal yang berharga untuk memperkaya pengetahuan dan keterampilannya. Inggris, dengan perencanaan kota yang maju dan sistem transportasi yang tertata, menjadi inspirasi dalam memahami konsep active travel yang mendukung kenyamanan pejalan kaki. Di Inggris, konsep ini bukan hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan dan ekonomi, tetapi juga mempengaruhi kesehatan mental masyarakat secara keseluruhan. Yoga berharap dirinya dapat menerapkan prinsip-prinsip yang dipelajari di Inggris ke dalam pengembangan tata kota berkelanjutan di Indonesia.

Yoga berharap bahwa pengalaman dan jaringan yang ia bangun selama studi di luar negeri ini dapat memberikan dampak positif bagi civitas akademika di UKDW. Yoga juga memberikan beberapa saran praktis bagi mahasiswa dan rekan-rekan dosen yang memiliki minat untuk melanjutkan studi di luar negeri. “Pertama, penting untuk memiliki visi yang jelas dan motivasi yang kuat. Selanjutnya, persiapkan persyaratan bahasa Inggris, lengkapi dokumen administratif, serta teliti dalam memilih universitas dan pembimbing yang sesuai dengan minat studi. Selain itu, untuk calon pelamar beasiswa LPDP, saya sarankan untuk mengikuti latihan Tes Bakat Skolastik dan bergabung dengan komunitas alumni LPDP seperti Mata Garuda. Komunitas seperti ini akan sangat membantu. Para anggota sering berbagi informasi dan bimbingan yang dibutuhkan,” ujarnya.

Motivasi, persiapan, dan dan jejaring disadari Yoga menjadi poin penting untuk pengembangan diri. “Dengan memiliki motivasi yang kuat, persiapan yang matang, dan jejaring yang luas tentunya civitas akademika UKDW dapat meraih peluang yang lebih besar untuk studi di luar negeri dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga bagi kemajuan institusi dan bangsa,” ujarnya. [vio]

Pin It on Pinterest

Share This