Natal Merupakan Penziarahan Hidup Keluarga Inti
Jika hidup dimaknai sebagai perjuangan, maka segala sesuatu yang akan dicapai dan dialami sudah semestinya diperjuangkan terus menerus. Meskipun, kadang situasi dan kendala dalam hidup ini membuat diri menjadi letih, lelah, cemas, tegang, berharap-harap cemas, dan seolah merasa paling berat menanggung beban. Akibatnya dapat membuat kita menjadi pribadi yang acuh pada keadaan keluarga yang lain, bahkan mungkin mengalami sikap tak berpengharapan. Perjuangan keluarga terasa gagal ketika terjadi keretakan hubungan suami-istri, apalagi perceraian akhirnya dipilih menjadi jalan satu-satunya yang dapat ditempuh. Sehingga, tidak jarang keluarga lalu diibaratkan sebagai perahu yang kandas dan tidak sampai kepada tujuan. Situasi demikian juga bukan tidak mungkin dialami oleh beberapa dari kita sebagai bagian dari keluarga besar UKDW. Pilihan kebanyakan dari kita ketika persoalan itu menyangkut urusan keluarga, maka lebih suka untuk menyimpan segala perkara itu dalam hati. Seolah membenarkan pemahaman bahwa masalah keluarga adalah ranah privat dan menjadi rahasia yang tidak perlu semua orang tahu. Memang fenomena hidup berkeluarga tidak seluruhnya berjalan mulus dan luput dari pergumulan, demikian juga dinamika hidup bersama dengan anak-anak. Tidak jarang ketika suami-istri tidak seia sekata, satu hati, satu tujuan, maka yang menjadi korban pada akhirnya anak-anak. Entah dalam konsep, maupun sikap dan keputusan, seringkali anak-anak kurang dilibatkan berproses bersama dalam pergumulan hidup.
Jika hidup berkeluarga adalah penziarahan bersama keluarga, maka baik suka maupun duka, persoalan hidup yang berat akan menjadi ringan ketika ditanggung bersama-sama dengan hati yang tertuju pada pencapaian misi menghadirkan damai sejahtera Allah dalam keluarga. Sebagaimana ziarah dimengerti sebagai sebuah perjalanan mengunjungi tempat yang dianggap suci atau keramat, maka penziarahan merupakan proses untuk mencapai kepada tempat yang suci atau keramat itu. Hidup dalam Kerajaan Allah itulah tujuan penziarahan hidup kita. Ketika suasana bahagia, damai, menerima segala perkara hidup itu adalah hal-hal yang menolong kita sampai pada makna kebahagiaan dan damai sejahtera, maka kita sedang berproses dalam penziarahan itu. Keluarga yang mengalami suasana Kerajaan Allah menjadi tujuan dari kebanyakan orang yang membangun rumah tangga. Bagaimana untuk mencapainya?
Inspirasi Keluarga Yusuf dan Maria
Berangkat dari pengandaian keluarga adalah perjuangan dan penziarahan hidup, maka sebagai refleksi akhir tahun 2018, dipilih satu tema refleksi bagi keluarga pegawai UKDW bertolak dari inspirasi Yusuf dan Maria (Lukas 2:1-20), yakni: “Menyimpan Segala Perkara Mulia dalam Hati”. Adapun inspirasi keluarga Yusuf dan Maria yang penting untuk diperhatikan sebagai butir-butir pembelajaran hidup, antara lain:
- Berkomunikasi mendalam dengan Allah di saat galau mengambil keputusan (Yusuf ketika bimbang dan bermaksud menceraikan Maria, tetapi malaikat Tuhan datang menguatkan bahwa ada misi Allah dalam hidup Yusuf. Demikian juga Maria ketika kepadanya disampaikan akan mengandung karena Roh Kudus, galau dengan sanksi sosial keagamaan, tetapi malaikat Tuhan menguatkan bahwa Allah memiliki misi dalam hidup Maria). Komunikasi mendalam dengan Allah menolong kita sampai pada pengambilan keputusan yang tepat dan benar dalam kehendak Allah.
- Rela berproses bersama dalam penziarahan hidup suami-istri (Yusuf dan Maria, memaknai bahwa mereka dipersatukan oleh Allah untuk misi yang sama yakni menjadi jalan bagi datangnya Sang Imanuel). Jika dimaknai, dalam proses penziarahan batin, maka suami-istri menjadi satu untuk membawa situasi damai sejahtera bagi anak-anak yang tinggal bersamanya.
- Menjumpai dan mengalami tantangan bersama-sama dalam penyertaan Allah (Yusuf dan Maria, sedia menempuh perjalanan, berpindah kota untuk pemenuhan misi Allah, tanpa mengeluh satu sama lain, bahkan ketika harus ditolak di rumah-rumah penginapan, dan akhirnya hanya sebuah kandang bagi mereka tinggal, di mana istrinya melahirkan. Sungguh bayi Yesus lahir seperti anak yang terlantar, kekurangan fasilitas yang layak, dan jauh dari kerumunan sanak saudara). Keutamaan hidup keluarga bukan pada aspek material semata, tetapi kebersamaan menanggung segala keadaan hidup yang serba terbatas.
- Kesediaan menerima kunjungan dan berdialog dengan orang baru (Yusuf dan Maria, sebagai pendatang di Betlehem dalam situasi serba minimalis, pada akhirnya merasakan penyertaan Allah itu baik, manakala datang rombongan gembala yang turut memberi selamat dan bahagia atas kelahiran Yesus dalam keluarga mereka). Betapa silaturahmi yang diterima dengan baik, pada akhirnya mampu membawa suasana kegembiraan, ada percakapan istimewa, dan kesan mendalam yang patut dicatat. Itulah para gembala yang atas arahan para malaikat surga memberikan gambaran bayi Yesus yang lahir dalam keluarga Yusuf-Maria. Pada akhirnya dalam perjumpaan dengan orang-orang baru selalu mendatangkan suasana dan harapan baru.
- Memaknai perjalanan hidup dalam penyertaan Allah sebagai perkara mulia yang patut direnungkan (Maria pada akhirnya makin bersyukur dan menyelami misteri Allah dalam perjalanan hidupnya sebagai pribadi, bersama dengan Yusuf pendamping setia yang dipilihkan oleh Allah. Maria mengamini segala perkara yang terjadi dalam hidupnya sebagai jalan kemuliaan Allah dan merenungkannya). Sikap reflektif mendalam akhirnya terlahir dalam hati setelah mampu memaknai arti pergumulan hidup dan kehadiran Allah yang terus menyertainya.
Pengalaman Yusuf dan Maria menerima segala kehendak Allah dengan segala dinamika hidup mereka, pada akhirnya menolong kita untuk melakukan koreksi pribadi. Sebagai seorang suami dan sebagai seorang istri, menyambut kehadiran anak kecil dalam rumah kita seperti Yesus, mungkin terasa merepotkan ketika kanak-kanak dan memerlukan perhatian ekstra dari orang tua. Akan tetapi itulah cinta yang sudah dihadirkan dalam keluarga. Yesus adalah cinta yang hadir di tengah keluarga Yusuf dan Maria.
Yesus Kristus Hikmat Bagi Kita (1 Korintus 1:30a)
Pengalaman penziarahan yang tidak mudah bagi Yusuf dan Maria, juga menguatkan perjalanan hidup kita bersama sebagai keluarga, maupun keluarga besar UKDW. Setiap pengalaman perjumpaan dengan kenyataan menjadi sebuah sarana diri mendapati hikmat/pengajaran mulia bagi kita. Ketika dalam kebingungan dan gundah, Yesus hadir menginspirasi kita untuk tidak takut, sebab Allah menyertai. Ketika kecemasan menghampiri kita karena sanksi sosial yang menjadi bayangan menakutkan akan menghancurkan nama baik UKDW, kita terinspirasi oleh Maria dengan sikap rendah hatinya jadilah padaku seperti yang Tuhan kehendaki. Ketika sebagai keluarga besar kita mengalami selisih paham dan sulit menerima perbedaan cara pandang, pengambilan keputusan bersama, kita teringat para gembala yang rela mendengar kata para malaikat: “Hari ini telah lahir bagimu Kristus Tuhan”. Setiap ungkapan para malaikat menyadarkan kita untuk senantiasa memandang hanya pada satu fase kebahagiaan besar bagi seluruh bumi. Peristiwa kelahiran Yesus yang menyadarkan kita akan orientasi hidup ini dan hakikatnya membangun kehidupan dalam kebersamaan keluarga, demikian juga adeg kita sebagai UKDW. Semua hal yang terjadi bukan sebuah kebetulan, melainkan kenyataan yang digunakan Allah untuk memproses kita, menjadi pribadi-pribadi istimewa yang makin dewasa dan memiliki hikmat pada Yesus.
Yesus Kristus hikmat bagi kita, setidaknya hal ini mendorong kita mengakhiri tahun 2018 dengan syukur dan menyiapkan diri kita menyongsong tahun 2019 dengan harapan serta perutusan yang diperbaharui. Memulai dari diri sendiri untuk rela berproses bersama Yesus, mulai dari keluarga kita masing-masing menghadirkan damai sejahtera, dan akhirnya bersama keluarga besar UKDW melakukan yang terbaik menjadi “duta wacana” Kristus. Sama seperti Yusuf dan Maria, seperti para gembala yang mau mendengar suara Allah melalui para malaikatNya. Selamat menjalani penziarahan hidup dan memaknainya dengan hikmat yang bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan sumber inspirasi hidup kita. Semoga semakin berkenan untuk mengadakan latihan berziarah dalam hidup dan menyimpan segala perkara yang mulia dalam hati kita. Selamat Natal 2018 dan menyongsong Tahun Baru 2019. Tentrem rahayu ingkang pinanggih. *(NM)