Dalam labirin ketidakpastian, kisah menginspirasi seorang alumnus Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta bernama Tumpal Gultom muncul sebagai perjalanan pencarian dan penerapan ilmu bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari. Awalnya, dia terperangkap dalam kebingungan, namun dengan tekad untuk menemukan sesuatu yang dapat diaplikasikan dan dekat dengan realitas, bioteknologi menjadi jawaban yang memenuhi kriterianya. Perjalanan studinya di UKDW menjadi panggung petualangan yang menyenangkan. Soft skill dan hard skill, yang diperolehnya dari kuliah, tidak hanya menjadi bekal akademis, tetapi juga memperkaya dimensinya sebagai individu. Liku-liku perjalanan studinya menjadi bagian penting dari proses pembentukan karakter dan keterampilan yang membimbingnya.

Bukan hanya ilmu teknis yang dihargainya selama kuliah di UKDW. Pengembangan keterampilan public speaking menjadi aspek berharga lainnya. Keterampilan ini, yang jarang diasah di masa sekolah, membuatnya lebih percaya diri dan terstruktur dalam berbicara, menjadi modal berharga di dunia kerja. Saat mengingat kembali masa kuliah di UKDW, dia merangkumnya sebagai pengalaman positif. Kampus yang disiplin dan bersih, dengan dosen, staf, dan mahasiswa yang ramah, memberikan semangat untuk menjalani perkuliahan. Harapannya, UKDW terus berkembang menjadi kampus yang lebih baik dan lebih jaya.

Gagal dalam percobaan pertanian menjadi pemicu perubahan fokus utama studi, membawanya pada kajian bioteknologi lingkungan. Melihatnya sebagai pintu gerbang untuk memahami cara melestarikan lingkungan, menanam, dan aspek lainnya, skripsi dengan judul “Pengolahan Limbah Rumah Tangga dengan Sistem Hidroponik” menjadi langkah awal untuk mengarahkan karirnya sesuai dengan fokus utamanya di masa kuliah. Melihat ke masa depan, keyakinannya pada keberlanjutan peran bioteknologi tetap tidak tergoyahkan. Dia meyakini bahwa selama kehidupan masih ada, bioteknologi akan terus berkembang dan memberikan dampak positif.

Langkah seorang Tumpal Gultom terus berlanjut. Dalam usaha pribadinya, bersama istri yang juga alumnus Fakultas Bioteknologi UKDW, lahir “Kebun Mahobi” sebagai wujud kreativitas dan semangat beradaptasi di dunia bioteknologi. Dari hobi menjadi usaha, keberhasilan mereka dalam pertanian modern didorong oleh pengetahuan bioteknologi yang diperoleh selama kuliah. Kini, Kebun Mahobi tidak hanya berfokus pada bisnis, tetapi juga memberikan pelatihan dan layanan untuk komunitas, membuktikan bahwa ilmu bioteknologi tidak hanya bermanfaat dalam konteks akademis, tetapi juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dunia usaha.

Tumpal mengungkapkan pandangannya terhadap peran bioteknologi dalam mengatasi masalah global diperkuat oleh pembelajaran di UKDW. Ia memberikan contoh ketika pandemi COVID-19 menunjukkan kontribusi nyata bioteknologi melalui penemuan vaksin. Dengan keyakinan bahwa peran bioteknologi tidak akan menghilang selama makhluk hidup masih ada, mahasiswa ini membawa visi optimisnya menuju masa depan yang cerah. Bukan hanya itu, Tumpal juga mengungkapkan pendapatnya terkait petani muda dan ketahanan pangan. Dari perspektif petani muda Indonesia, tergambar tantangan besar yang dihadapi. Dukungan yang diperlukan tidak hanya sebatas dana, tetapi juga pengakuan akan nilai pendidikan. Dia mendorong untuk mematahkan pandangan bahwa “kuliah untuk apa jika jadi petani”, memberikan ruang bagi anak muda untuk bangga menjadi petani.

Ketahanan pangan, menurutnya, bukan hanya sekadar skala nasional, tetapi juga bisa dimulai dari setiap rumah tangga. Kemampuan untuk menyediakan pangan sendiri di rumah tidak hanya memenuhi kebutuhan makanan, tetapi juga mengasah keterampilan yang penting menghadapi krisis pangan yang mungkin datang. Melalui perjalanan ini, tergambarlah tentang bagaimana bioteknologi bukan sekadar disiplin ilmu, melainkan sebuah perjalanan yang melibatkan pemahaman mendalam, penerapan nyata, dan visi masa depan yang optimis. [vio]

Pin It on Pinterest

Share This