Jalan Tuhan adalah jalan terindah, menjadi istilah nyata dalam perjalanan hidup Pdt. Dr. Murtini Hehanusa, M.M. Terlebih Bu Murti, begitu sapaannya, berhasil menjadi lulusan terbaik dari program Magister Manajemen Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta pada acara Wisuda Sarjana dan Pascasarjana Periode 5 Agustus 2023, dengan IPK 4,00.
Menjadi seorang pekerja sekaligus ibu rumah tangga tidak menghentikan Bu Murti dalam mengejar ilmu pendidikan. Wanita asal Purwodadi, yang lahir pada tahun 1974 ini lalu berpindah ke Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1993 untuk berkuliah di UKDW Yogyakarta, mengambil program sarjana Teologi.
Setelah menyelesaikan kuliah, Bu Murti kemudian menikah pada tahun 1999 dan ditahbiskan menjadi pendeta di Gereja Kristen Jawa Jatimulyo Yogyakarta pada tahun 2000. Di tahun 2006, Bu Murti mengikuti sang suami melanjutkan studi ke Jerman. Saat itu Bu Murti tidak punya niat untuk studi lanjut, meski gereja mengharapkannya. Keinginannya hanya satu, yaitu punya anak.
Namun Tuhan memiliki rencana indah untuk Bu Murti, hingga akhirnya Bu Murti tidak hanya mendampingi suami studi lanjut tetapi juga dapat studi program doktoral pada bidang Teologi di Augustana Theologische Hochschule Neuendettelsau, Jerman. Diawali dengan ketidakpastian, pada akhirnya Bu Murti tidak ragu dan menyerahkan kehidupannya kepada Tuhan, sehingga Bu Murti dapat menyelesaikan program doktoral dan kembali ke negara asal pada bulan Agustus 2010 dan kembali melayani jemaat GKJ Jatimulyo.
Pada tahun 2012, Bu Murti ditugaskan menjadi pendeta pelayanan khusus di Lembaga Pembinaan dan Pengkaderan Sinode GKJ-GKI SW Jateng (LPP Sinode). Tentu saja banyak pergumulan yang terjadi selama 9 tahun mengabdi, yang kemudian mendorongnya untuk mengambil kuliah Magister Manajemen. Dan yang dipilih adalah UKDW almamater tercinta! Itu karena ia meyakini bahwa di UKDW ia akan lebih bebas merefleksikan ilmu manajemen dalam perspektif Kristen. Dan itu semua terjadi!
Ada satu kisah menarik yang pernah dialami Bu Murti. Suatu saat, ketika sedang sarapan bersama keluarga, sang suami bercerita tentang seorang rekan pendeta yang sudah berumur 61 tahun dan mendaftar di program Magister Manajemen UKDW. Cerita itu sangat menginspirasinya dan menyadarkannya bahwa ini adalah saat yang tepat untuk memenuhi dahaganya dalam mencari ilmu manajemen agar dapat mengelola LPP Sinode secara lebih profesional. Bu Murti kemudian menelepon pihak kampus UKDW untuk mendaftarkan diri di program Magister Manajemen. Bu Murti memulai hari pertama perkuliahannya tiga hari setelah mendaftar. Meskipun cukup mendadak dan belum ada pertimbangan cukup matang, namun Bu Murti percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan jalan.
Selama perkuliahannya, salah satu tantangan bagi Bu Murti adalah harus membagi waktu antara studi, pelayanan dan waktu untuk keluarga. Efek samping dari pandemi COVID-19 tidak seluruhnya negatif, karena bagi Bu Murti kegiatan kelas yang bisa dilakukan secara daring memudahkannya dalam mencari ilmu dan bekerja. Karena beberapa pekerjaan bisa dilakukan dari jarak jauh, terlebih saat itu anak Bu Murti yang masih berada di Sekolah Dasar juga belajar secara daring, maka tidak begitu sulit membagi waktu. Kemudahan yang dirasakan tidak hanya itu, memiliki keluarga yang supportive juga menjadi salah satu privilege bagi Bu Murti. Keluarga yang selalu mendukung dan saling membantu ketika diperlukan. Sang suami yang selalu menganggap istri sebagai partner yang seimbang dan setara membuat Bu Murti tidak pantang menyerah untuk menyelesaikan perkuliahannya.
Terkait IPK yang diraih, Bu Murti yang memang hobi belajar sejak dulu, merasa mencari ilmu lebih penting daripada memikirkan angka dari nilai yang diraih. Keingintahuan terhadap ilmu, menuntun Bu Murti dalam pencapaian nilainya, dengan lebih fokus pada usaha dan aktif mencari tahu dari banyak sumber hingga akhirnya usahanya tidak mengingkari hasil dan terciptalah nilai sempurna tersebut.
Selain itu, peran dosen pembimbing cukup penting karena bagi Bu Murti dalam masa perkuliahan, peran dari pengajar, pembimbing, fasilitator, dan teman menjadi hal menarik dalam masa perkuliahan. Tidak hanya asik berkuliah, Bu Murti tidak lupa membuat target dalam hidupnya, seperti membuat timeline dan deadline terhadap tugas maupun kegiatannya. “Orang hidup yang penting punya cita-cita, jangan berhenti di tempat karena pasti ada rancangan Tuhan serta pertolongannya. Maju terus kalau punya cita-cita, nanti Tuhan pasti berikan jalan,” ujar Bu Murti.
Perjalanan kuliah-kerja-keluarga yang dijalani tentu tidak selalu mulus. Namun pada bulan Mei Bu Murti berhasil menyelesaikan penulisan tesis sebagai syarat kelulusan dan diuji pada 24 Mei 2023. Tesis yang ditulisnya berjudul “Business Plan Kewirausahaan Sosial Rumah Didache Sebagai Dukungan Organisasi bagi LPP Sinode demi Membentuk Pemimpin Kristen yang Unggul”. Penelitian yang dilakukan dan tesis yang ditulisnya adalah sebuah bentuk kecintaannya kepada LPP Sinode yang 11 tahun telah dilayaninya dengan segala dinamikanya. Business plan tersebut dibuat karena LPP Sinode mempunyai aset tanah yang luas di tengah kota Yogyakarta yang letaknya sangat strategis karena dekat dengan kampus-kampus ternama (UGM, UNY, Sanata Dharma, UKDW, dll.). Harapannya, melalui business plan tersebut, suatu saat nanti LPP Sinode dapat mandiri secara finansial, tidak membebani keuangan dari kedua sinode pemiliknya, yaitu sinode GKJ dan sinode GKI SW Jateng.
Di dalam business plan tersebut, Bu Murti merancang sebuah asrama mahasiswa pascasarjana Kristen yang bernama Rumah Didache. Itu adalah “seperti pondok pesantren tapi versi Kristen, baik bagi mahasiswa teologi maupun non-teologi,” ujarnya. Bu Murti berharap mahasiswa pascasarjana Kristen yang berkuliah di Yogyakarta dari berbagai jurusan, fakultas maupun kampus dapat ditampung di asrama, dengan diperlengkapi program-program, pembinaan iman, maupun diskusi sehingga para penghuni Rumah Didache dapat kuat iman dan ilmu melalui pembinaan-pembinaan dan diskusi-diskusi yang ada. Di masa yang akan datang harapannya para alumni menjadi terbiasa dengan budaya berdiskusi, berefleksi secara kristiani dan mengembangkan ilmu Bersama dengan yang lain. Selain itu, asrama tersebut juga dirancang sebagai kampung inggris, sehingga dapat memersiapkan para penghuni di kancah pergulatan global.
Menjadi lulusan dengan IPK tertinggi, Bu Murti merasa bersyukur atas pencapaiannya, terutama terhadap proses yang terjadi, serta kehadiran teman-teman yang saling mendukung. Berkaca dari pengalaman studi lanjutnya, Bu Murti menyarankan bagi para lulusan Strata satu untuk tidak terburu-buru melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Lebih baik setelah lulus kemudian bekerja mencari pengalaman lebih dulu agar lebih paham tentang potensi diri dan ilmu yang perlu ditambah sehingga punya pola pikir berbeda. Orang yang sudah bekerja ketika kuliah lagi, maka orientasi studinya akan berbeda. Mereka akan lebih haus ilmu untuk mengembangkan dirinya. Lagi pula, “tiap orang diberi Tuhan waktunya masing-masing,” imbuhnya.
Tak lupa Bu Murti membagikan tips pada mahasiswa yakni temukan tujuan dan alasan berkuliah, jalani kuliah tanpa beban dengan fokus mencari ilmu, terus berdoa dan bersandar kepada Tuhan, serta mencari pengalaman. Jika diberi kesempatan untuk mengambil program Magister, Bu Murti menyarankan untuk mengambil bidang manajemen karena manajemen menjadi hal mendasar dalam kehidupan, “Me-manage hidup itu perlu seni,” ujarnya.
Bu Murti juga berpesan agar UKDW terus maju meskipun di era ini banyak sekali tantangan yang terjadi. Yakinlah bahwa “Tangan Tuhan selalu ada untuk menolong dan teruslah maju UKDW! Kiranya pembangunan kampus kedua bisa terwujud dengan baik dan lancar, proses kegiatan belajar mengajar semakin bagus, serta tetap berpegang pada nilai-nilai kedutawacanaan,” pungkasnya. (Love)