Garuda Pancasila, akulah pendukungmu

Patriot proklamasi, sedia berkorban untukmu

Pancasila dasar negara, rakyat adil makmur sentosa

Pribadi bangsaku, ayo maju, maju, ayo maju, maju!

(Sudarnoto, 24 Oktober 1925)

Sudharnoto, seorang dokter dan juga komponis, pria kelahiran Kendal, Jawa Tengah ini mewakili generasi pejuang kemerdekaan negara Indonesia untuk mengekspresikan cara menghayati Pancasila. Lirik lagu tersebut menggambarkan kesetiaan warga negara Indonesia terhadap ideologi bangsa Indonesia, yakni Pancasila. Untuk mempertahankan negara Indonesia dan Pancasila yang menjadi perjuangan para penggagas proklamasi (kemerdekaan), maka setiap warga negara haruslah rela berkorban. Hanya ada satu Ideologi bangsa yang dipertahankan yakni Pancasila sebagai dasar negara, tidak ada yang lain. Pancasila menjadi kepribadian bangsa yang berbhineka, dan memiliki tujuan luhur masa datang yakni mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Itulah Sudharnoto, menghayati kehidupannya sebagai warga negara Indonesia melalui nyanyian yang digemakan di sekolah-sekolah, maupun dalam acara kenegaraan lainnya. Meskipun dalam perjalanan hidupnya, beliau terkena dampak politik G30S/PKI pada tahun 1969, namun demikian beliau setia menjalani baktinya pada negeri hingga akhir hayatnya sebagai pengurus makam Chairil Anwar dan Ismail Marzuki.  Pada intinya, betapa pentingnya ideologi sebuah bangsa dihayati oleh seluruh warga negaranya, apalagi ditengah dinamika politik bangsa yang mengalami pasang-surut. Bagaimanakah dengan kita?

Warga kampus UKDW sebagian besar adalah warga negara Indonesia. Seberapa sering kita merenungkan dan menghayati falsafah Pancasila itu dalam bekerja dan berperilaku? Jangan-jangan nyaris tidak terpikirkan karena sudah kalah dengan keasyikan dunia teknologi, sibuk dengan banyaknya pekerjaan, dan peliknya persoalan hidup personal di keseharian. Atau jangankan menggagas penghayatan Pancasila dalam hidup komunitas, menghayati perjalanan hidup iman saja kadang tidak sempat, kalah dengan mengejar target, ngoyak setoran, konsentrasi pada bisnis dan masalah keluarga. Atau malah sibuk mencari celah mendapatkan keuntungan dari pekerjaan kita. Atau mungkin, ada yang komentar “Hari gini masih ngomong Pancasila?”

Jangan diteruskan jika dalam hati anda punya sikap tidak tertarik membahas Pancasila. Kalaupun tidak tertarik untuk mempercakapkan apalagi menghayati dalam hidup anda, sebaiknya tetap diam dan berdoalah bagi mereka yang mencintai Pancasila agar diberi kekuatan untuk terus mencintai sampai akhir hayatnya. Setidaknya jauhilah sikap munafik, sebab dalam kenyataannya kita hidup di Indonesia, jadi janganlah bersikap acuh terhadap landasan hidup bersama bangsa ini. Sebenarnya seberapa berfaedah dan pentingnya bagi warga kampus menghayati Ideologi Pancasila ini?

Mengingat Sejenak Ideologi Pancasila

Untuk sampai pada sikap diri yang menaruh rasa hormat, menghayati nilai-nilai luhur Pancasila, dan menyimpulkan bahwa Pancasila itu penting dan berfaedah, maka haruslah mengenal dan memahami apa itu ideologi Pancasila bagi kita sebagai warga negara bangsa? Ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Pancasila. Ideologi Pancasila ini dijadikan sebagai pandangan hidup bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan negara Indonesia dalam berbagai aspek. Dengan  ideologi inilah bangsa Indonesia bisa mencapai kemerdekaan dan bertambah maju baik dari potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Namun seiring berjalannya waktu, semakin maju zaman dan teknologi, seolah-olah ideologi Pancasila hanya sebagai pelengkap negara agar tampak bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang merdeka dan mandiri.

Banyak tingkah laku baik kalangan pejabat maupun rakyatnya bertindak tidak sesuai dengan ideologi Pancasila. Ada beberapa faktor mengapa bangsa kita sedikit melenceng dari ideologi Pancasila. Selain berkembangnya ideologi-ideologi luar seperti liberalisme, kapitalisme, marxisme, komunisme, dan ideologi berbasis agama seperti Khalifatullah yang bermuara pada upaya pendirian Negara Islam Indonesia. Bisa juga akibat globalisasi, dengan komunikasi lintas batas, transaksi lintas batas, perjumpaan lintas batas, seolah menjadikan ideologi Pancasila dikesampingkan. Akibatnya generasi jaman now nyaris tidak tahu sama sekali ideologi bangsanya. Tantangan bersama nasionalisme adalah sikap egoisme. Orang berupaya memperkaya diri sendiri dengan cara apapun.

Ideologi Pancasila penting dikenal dan dihayati, sebab di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang multi kultur, multi agama, multi ras dan bahasa, serta potensi sumber daya alamnya. Supaya sadar akan visi luhur bangsa ini secara bersama-sama. Adapun nilai-nilai tersebut dijelaskan demikian:

  • Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Mengandung nilai spiritual, memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua pemeluk agama dan penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk berkembang di Indonesia.

  • Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Mengandung nilai kesamaan derajat maupun hak dan kewajiban, cinta-mencintai, hormat-menghormati, keberanian membela kebenaran dan keadilan, toleransi, dan gotong royong.

  • Sila Persatuan Indonesia

Dalam masyarakat Indonesia yang pluralistik mengandung nilai persatuan bangsa dan persatuan wilayah yang merupakan faktor pengikat yang menjamin keutuhan nasional atas dasar Bhineka Tunggal Ika. Nilai ini menempatkan kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

  • Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan atau Perwakilan

Menunjukan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat yang diwujudkan oleh persatuan nasional yang nyata (real) dan wajar. Nilai ini mengutamakan kepentingan Negara dan bangsa dengan mempertahankan penghargaan atas kepentingan pribadi dan golongan, musyawarah untuk mufakat, kebenaran, dan keadilan.

  • Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Mengandung nilai keadilan, keseimbangan antara hak dan kewajiban, penghargaan terhadap hak orang lain, gotong royong dalam suasana kekeluargaan, ringan tangan dan kerja keras untuk bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Jika demikian halnya, maka menjadi penting setiap warga kampus menempatkan dirinya dalam bekerja, berinteraksi juga menghayati nilai-nilai Pancasila tersebut. Setidaknya senantiasa menempatkan diri sebagai warga negara yang mengikuti ideologi Pancasila, memberikan apa yang menjadi hak negara, demikian juga memberikan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah.

Refleksi Iman : Warga Negara dan Sikap Etis

Kepada jemaat di Roma, rasul Paulus dengan jelas memberikan nasihat terkait sikap jemaat terhadap pemerintahan, sebagai warga negara. Di mana pemerintah pastilah menganut ideologi yang menjadi dasar dalam tata kelola negara.

Roma 13:1-7: “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita. Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah. Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat”.

Beberapa alasan yang dikemukakan oleh Paulus terkait dengan sikap etis warga jemaat terhadap pemerintah (wakil negara Romawi) waktu itu, antara lain:

  1. Pandangan bahwa pemerintah adalah wakil Allah di bumi. Pemerintah yang diharapkan membawa keadilan, kebenaran, kedamaian dan memperhatikan warga negaranya. Pemerintah yang demikian wajib didukung. Negara yang membawa pada misi Kerajaan Allah yang demikian wajib dibela. Artinya, jika yang terjadi sebaliknya, pemerintah yang korupsi, mementingkan diri sendiri, tidak adil, rasis, mendatangkan pertikaian, maka warga negara wajib mengingatkan adeg pemerintah atas warga negaranya. Ketika yang dilakukan pemerintah merugikan warga negara, maka warga berkewajiban menegur dengan tidak perlu takut.
  2. Warga negara taat kepada aturan pemerintah. Asumsinya, setiap aturan dibuat untuk maksud kebaikan hidup bersama. Negara tanpa aturan, maka akan terjadi kekacauan dan pertikaian antar individu. Aturan dibuat sebagai border atau batasan sikap warga negara, atas hak dan kewajibannya sebagai pribadi, anggota komunitas dan warga negara. Sebagai contoh: aturan membayar pajak, bea cukai, dan aturan hormat-menghormati antara satu dan yang lain.
  3. Warga jemaat adalah warga negara yang tahu menempatkan diri melalui perbuatannya berdasarkan pertimbangan hati nuraninya. Artinya, ada konsekuensi logis jika seorang warga berbuat jahat, maka sudah sewajarnya takut kepada pemerintah. Sebaliknya, jika berbuat baik dan memperhatikan kehidupan bersama yang lain, maka tidak ada alasan untuk takut pada pemerintah.

Dengan demikian, sebagai bagian dari warga bangsa Indonesia, kita menerima Pancasila sebagai dasar kehidupan bersama, batasan dan juga tujuan hidup bersama berbangsa dan bernegara, maka kewajiban kita adalah mengamalkannya. Bahwa secara teologis, hal itu tidak bertentangan dengan Alkitab. Malah sebaliknya, Alkitab memberikan landasan moralitas bagi kita, untuk menggunakan pertimbangan hati nurani dalam bersikap baik, benar, berguna dan menjalani hidup yang membangun kebersamaan berbangsa dan bernegara. Pada akhirnya, Pancasila menjadi bagian dari jati diri bangsa yang wajib dihayati, dan Alkitab sebagai dasar moralitas kita sebagai warga negara yang beriman Kristen untuk mendukung tegaknya negara Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kiranya, makin meneguhkan kita dalam berkarya untuk kemuliaan Allah dan kemajuan bangsa Indonesia. Amin. *(NM)

 

Pin It on Pinterest

Share This