Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. (Yohanes 15:14-15)

Berbicara tentang sahabat, saya jadi teringat dengan sebuah film berbahasa Prancis berjudul Intouchables (The Untouchables, 2011), sebuah drama komedi yang memiliki pesan moral yang dalam. Film ini mengisahkan kedekatan seorang pemuda bernama Bakary “Driss” Bassari (diperankan oleh Omar Sy) dari Senegal  (Afrika Barat) yang bekerja sebagai perawat pribadi seorang miliarder Prancis bernama Phillippe (diperankan oleh François Cluzet) di kota Paris. Phillippe, sang miliarder memiliki cacat tubuh, yakni kelumpuhan dari pangkal paha kebawah. Hubungan Phillippe dan Driss awalnya hanya sekedar pegawai dan majikan. Keduanya belum pernah bertemu sebelumnya dan mereka sama-sama tidak mengenal pribadi masing-masing. 

Hubungan mereka berawal dari kebutuhan Phillippe untuk menyewa seorang tenaga perawat. Sebagai imigran di Prancis, Driss perlu mendapatkan pekerjaan secepatnya. Dia melamar dan datang pada saat wawancara. Singkat kata, setelah melalui tes wawancara, Phillippe akhirnya menetapkan pilihan dan menerima Driss sebagai tenaga perawat baginya. Walaupun Driss bukan seorang profesional di bidang ini, namun dia berhasil merawat Phillippe dengan caranya sendiri. Dengan metode perawatan yang seringkali tidak konvensional, Driss bahkan berhasil membuat Phillippe tertawa untuk pertama kalinya setelah sekian lama mengalami depresi berat. 

Driss juga mampu mendorong Phillippe untuk memulai hubungan kasih dengan perempuan pujaannya yang bernama Eléonor. Driss berhasil mendorong Phillippe yang telah banyak menulis surat cinta ke Eléonor, untuk membuat janji dan berjumpa dengan pujaannya tersebut. Tidak hanya itu, Driss bahkan mampu membantu Phillippe untuk menerima cacat fisik yang dimilikinya dan bangga akan hakikat diri Phillippe yang sebenarnya. Bagi Phillippe, Driss bukan hanya seorang tenaga perawat namun juga telah menjadi seorang sahabat yang dengan tulus dan spontan berhasil membuat dirinya menjadi pribadi yang diubahkan. Phillipe mengalami transformasi dari yang semula penuh apatisme menjadi seseorang yang penuh optimisme. Film ini diangkat dari kisah nyata tentang persahabatan antara Driss dan Phillippe – persahabatan yang terus berlanjut sampai sekarang. 

Film ini mengajarkan kita tentang sebuah persahabatan yang melampaui batas-batas budaya, pola hidup, kondisi tubuh, bahkan tingkat kemakmuran seseorang. Persahabatan antara Driss dan Phillippe membuahkan hasil yang sangat berlimpah. Mereka menemukan seorang sahabat sejati dalam diri masing-masing. Saat berjumpa, mereka membawa ‘koper kehidupan’ mereka masing-masing, engkap dengan segala kemajemukan pengalaman hidup mereka. Di kampus kita tercinta Duta Wacana, diterimanya kemajemukan semua peserta didik, dosen, dan karyawan mencerminkan bagaimana kesungguhan UKDW untuk merangkul kemajemukan dalam semangat persahabatan. Kemajemukan dilihat sebagai potensi positif yang dapat diolah dan diberdayakan demi kemajuan Duta Wacana. Persahabatan juga menjadi salah satu nilai Injili yang tidak kalah pentingnya dalam ajaran Tuhan Yesus Kristus. Siraman Rohani Koran Kampus kali ini ingin mengangkat tema persahabatan dari Injil Yohanes 15:14-15 dan menggunakannya sebagai inspirasi dasar untuk merenungkan peristiwa Natal serta menuliskan Refleksi Akhir Tahun UKDW 2019. 

Natal adalah tanda persahabatan antara Allah dan segala isi alam semesta. Manusia sebagai bagian dari alam semesta ciptaan Allah adalah makhluk pemikir yang mengemban tugas dan tanggung jawab dari Allah untuk memuliakan kesemestaan Allah melalui karya nyata melestarikan, merawat, memulihkan, dan menjaga bumi serta segala isinya. Melalui Yesus Kristus, Allah telah menunjukkan titik nadir dari persahabatan-Nya yang membuahkan pengorbanan Kristus di kayu salib. 

Memiliki sahabat adalah hak setiap orang, walaupun memang tidak wajib sifatnya. Tidak perlu punya banyak sahabat, punya satu atau dua sahabat sudah cukup. Meskipun demikian, bersahabat dengan semua orang adalah kualitas diri yang berpulang kepada masing-masing pribadi. Persahabatan yang menghasilkan buah-buah positif adalah persahabatan yang produktif dan konstruktif, sebagaimana persahabatan antara Driss dan Phillipe.  Sebaliknya, persahabatan yang tidak membuahkan makna hanya akan menjadi pengisi waktu kosong belaka. Injil Yohanes 15:14 ingin membahasakan nada persahabatan Allah dan manusia sebagai berikut: “Telah kutunjukkan buah terbaik dari persahabatan-Ku – Kupasrahkan nyawa-Ku untukmu. Demikianlah cara-Ku mengasihimu. Teladanilah dan kasihilah sesamamu demikian pula” (bdk. 1 Yoh. 3:16; Ef. 5:1-2). Tentu saja undangan ini bukan untuk membuat para pengikut Yesus takut dan gugup. Undangan ini justru untuk menyemangati dan meyakinkan mereka bahwa jika mereka dapat melihat sejauh mana penderitaan yang harus dirasakan Allah demi keselamatan manusia, maka mereka tidak perlu lagi meragukan kasih-Nya. Di pihak lain, keyakinan menjadi sahabat Allah ini didasarkan pada saat kita bertekad menjadi rekan sekerja-Nya dalam mengasihi sesama. Inilah bentuk keintiman yang disampaikan dalam Injil Yohanes, yaitu persahabatan yang tidak ‘memperdayakan’ (deceiving) tetapi justru ‘memberdayakan’ (empowering). 

Yohanes 15:15 menjelaskan apa itu persahabatan yang ‘memberdayakan’ (empowering). Di ayat ini, budak hanyalah piranti sang tuan untuk memenuhi segenap kebutuhannya. Budak bekerja sesuai perintah dan bukan dari keintiman dua orang sahabat. Namun, dalam hubungan persahabatan yang memberdayakan terjadi pembaharuan. Sang budak mungkin akan tetap menjadi budak, sedangkan sang tuan adalah pemiliknya. Namun, Yesus menggarisbawahi keabadian dari persahabatan yang ada di antara mereka, yaitu persahabatan yang memiliki motivasi agung dan berkelanjutan sifatnya. 

Bagi para insan Duta Wacana yang membaca dua ayat ini, bisa mencoba mengaitkannya dengan keempat nila-nilai inti kedutawacanaan dan melihatnya dalam kerangka persahabatan dengan Allah yang bersifat memberdayakan: menaati Allah (obedience to God) sebagai ucapan syukur kepada Allah dengan cara melakukan pekerjaan baik yang dipercayakan kepada umatNya; melangkah dengan integritas (walking in integrity) sebagai cerminan kesatuan antara hati, pikiran, kata, dan tindakan; melakukan yang terbaik (striving for excellence) sebagai tekad menyelesaikan seluruh pekerjaan dengan sepenuh hati seperti untuk Allah, bukan untuk manusia;  melayani dunia (service to the world) sebagai sikap meneladani Yesus Kristus dalam karya-Nya yang menyeluruh dan utuh. Ke empat kata kerja di atas bisa menjadi tekad bulat bersama semua insan Duta Wacana untuk memenuhi undangan Kristus menjadi sahabat-Nya, yaitu dengan menjadi rekan sekerja-Nya di ladang UKDW. 

Di penghujung tahun ini, Pusat Kerohanian Kampus (PKK) UKDW telah melakukan beberapa kegiatan nyata untuk ikut memberikan sumbangsih dalam mewujudkan nilai-nilai kedutawacanaan tersebut, antara lain pelatihan sehari “Stress Release” di bulan Oktober di Kapel UKDW, penyelenggaraan “Counseling Day: Stress Awareness” di bulan November di gedung Didaktos, acara Ibadah Penutupan Semester Gasal di gedung Didaktos, Kunjungan Natal ke para pensiunan UKDW dan keluarganya. Pada setiap kegiatan tersebut hadir para mahasiswa dan komponen-komponen UKDW lainnya. Mungkin kegiatan-kegiatan ini masih kecil gaungnya, namun ini adalah langkah awal dari sebuah proses panjang menuju Duta Wacana yang kita idam-idamkan bersama. Pesan yang dibawa melalui pelaksanaan acara-acara ini adalah bahwa setiap insan Duta Wacana adalah sahabat Allah, oleh karena itu dalam kesempatan Natal tahun ini, kami ingin mengajak semua insan Duta Wacana untuk ikut ambil bagian menjadi rekan-rekan sekerja Allah dalam melahirkan sukacita dan damai Natal di tempat yang Tuhan telah percayakan pada kita. Melalui usaha bersama mewujudkan nilai-nilai Duta Wacana inilah maka kita bukan lagi menjadi budak. melainkan sahabat bagi sesama dan bagi Allah. 

Selamat merayakan Natal dan Selamat Tahun Baru 2020. Kiranya Tuhan memberkati kita sekalian. Amin. [PKK/Adham K. Satria]

Pin It on Pinterest

Share This