Tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional oleh pemerintah Republik Indonesia melalui Keppres RI Nomor 316 Tahun 1959. Penetapan tersebut dilatarbelakangi oleh sosok yang berjasa dalam memperjuangkan pendidikan di Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889. Penganugerahan ini tidak semata-mata karena beliau telah mendirikan sekolah nasional pertama di era penjajahan, juga karena Ki Hadjar Dewantara telah menanamkan dasar filosofi dari nilai perjuangannya dalam menegakkan pondasi pendidikan di Indonesia.
Cara berpikir konstruktif yaitu dengan mengalaminya secara pribadi, merupakan ciri dari skema pedagogi yang ditawarkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Dasar pendidikan dan pengajaran tersebut selaras dengan konsep “design thinking” yang dimiliki oleh Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Kristen Duta Wacana (FAD UKDW). Berkaitan dengan hal tersebut, FAD UKDW menyelenggarakan acara dengan tema “Bermain Bersama Taman Indria, Belajar Menjadi Arsitek Cilik” di Taman Indria Ibu Pawiyatan pada tanggal 1 Mei 2019. Agenda ini merupakan bentuk kemitraan antara FAD UKDW dengan Taman Indria Ibu Pawiyatan yang sudah dituangkan dalam Memorandum of Agreement (MoA) sejak tahun 2018 lalu.
Winta Adhitia Guspara, S.T., M.Sn., Dosen Desain Produk FAD UKDW menuturkan kegiatan ini merujuk pada ajaran Ki Hajar Dewantara bahwa proses pendidikan adalah taman yang mengasyikkan, bukan menjadi momok yang membuat orang yang terlibat di dalamnya tertekan. “Kami berusaha menyelenggarakan kegiatan ini sesuai dengan filosofi ajaran Ki Hajar Dewantara, yang tidak menyebut sekolah, tetapi taman karena pendidikan itu mengasyikkan dan tidak ada tekanan,” tuturnya.
Dalam acara ini, FAD UKDW juga mengembangkan desain mainan puzzle bambu dan metode permainan arsitektur bagi anak usia dini (3-7 tahun) melalui popsicle stick. Jenis permainan yang berbasis pada metode pengajaran care and dedication based on love tersebut mengajak anak usia dini untuk melakukan kegiatan merancang dan merangkai. Pada permainan ini, peran serta orang tua menjadi bekal utama dalam mengarahkan kreativitas anak dengan cara mengajukan pertanyaan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis atau critical thinking. Kegiatan ini akan terus dikembangkan untuk lebih berkontribusi dalam pengembangan metode pembelajaran anak usia dini di Yogyakarta.