Pada tanggal 16 – 19 Oktober 2018, Mata Kuliah Arsitektur Perkotaan dan Permukiman untuk angkatan 2016 mengadakan ekskursi mahasiswa ke Bandung. Ekskursi ini bertujuan untuk belajar mengenai kondisi suatu lingkup area serta perannya dalam skala kota. Bus berangkat dari UKDW pada 15 Oktober 2018 dan tiba di Bandung keesokan paginya.
Selama hampir tiga hari di Bandung, mahasiswa mengunjungi beberapa kawasan yang menjadi lokasi pengamatan mereka. Beberapa lokasi tersebut antara lain; area sepanjang Jalan Cihampelas yang merupakan area komersial; area Alun-Alun Kota Bandung yang ramai dengan pengguna berbagai usia; Braga dan Jalan Asia Afrika yang memiliki banyak bangunan bersejarah dan kaya akan aktivitas; area Gedung Sate sebagai salah satu ikon kota Bandung dan Jalan Riau; serta area sepanjang Jalan Dago . Dekat dengan Jalan Dago, mahasiswa juga mengunjungi Institut Teknologi Bandung yang, sejak didirikan pada tahun 1959 dengan Bangunan Aula Barat dan Aula Timur-nya, merupakan salah satu faktor penggerak transformasi kawasan sekitarnya hingga menjadi seperti saat ini. Di setiap lokasi, mahasiswa memiliki waktu untuk mengeksplorasi setiap area dengan berjalan kaki dan, dengan begitu, menjadi lebih peka terhadap kondisi lingkungan yang dilewatinya.
Di antara pengamatan terhadap kawasan tersebut, mahasiswa melewati beberapa ruang publik terdesain di tengah padatnya kota Bandung. Beberapa di antaranya adalah Taman Lansia, juga Taman Dago hingga Taman Surapati dan Taman Film. Mahasiswa juga mencoba berjalan di Teras Cihampelas, skywalk yang dirancang untuk mewadahi pejalan kaki dan PKL. Ruang publik lain yang dikunjungi adalah Teras Cikapundung; ruang publik yang diresmikan pada tahun 2016 untuk merestorasi bantaran sungai dengan menjadikannya sarana sosial untuk masyarakat.
Selain mengunjungi objek di kota Bandung, mahasiswa juga diajak untuk belajar dengan biro arsitektur yang juga melakukan desain pada skala urban. Rombongan dibagi dua untuk mengunjungi dua biro arsitektur yakni Urbane dan Labo the Mori. Presentasi oleh kedua biro diberikan untuk memberikan gambaran akan perancangan profesional baik dalam skala mikro maupun skala kawasan. Bapak Deddy Wahjudi, salah satu principle architect di Labo the Mori, menyampaikan bahwa keberhasilan Bandung sebagai kawasan kota yang menyenangkan dan kreatif bukan hanya berkat peran desain objek-objek dari pihak pemerintah, namun juga berkat peran semua unsur masyarakat yang bergerak melalui kemampuan masing-masing.
Setelah menyelesaikan kunjungan di kota Bandung, pada hari ketiga, rombongan ekskursi berangkat mengunjungi Kampung Naga. Dengan perjalanan yang jauh dari kota Bandung, rombongan tiba cukup sore di lokasi. Turun menyusuri lebih dari empat ratus anak tangga bersama tiga orang pemandu, rombongan tiba di Kampung Naga dan disambut oleh kepala adat di ruang pertemuan. Diterima dengan penuh keramahan, rombongan menikmati makan malam yang disuguhkan sebelum ditemani berkeliling dan mendengar penjelasan terkait tradisi berhuni di Kampung Naga serta bagaimana kampung adat ini dapat bertahan hingga saat ini.
Malam itu, setelah berpamitan dari Kampung Naga, rombongan ekskursi bertolak kembali ke Yogyakarta dan tiba pada subuh tanggal 20 Oktober 2019, membawa informasi dan data yang telah mereka pelajari dari Ekskursi Bandung. (stefani)