Dalam acara yang bertajuk Sharing Session DWCU & S.T.U.B.E HEMAT, Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Terdapat lebih dari 300 kelompok etnis atau suku bangsa di Indonesia. Selain itu ada sekitar 742 bahasa dan dialek yang digunakan untuk berkomunikasi. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara multikultural sekaligus multilingual. Itulah alasan jargon Unity in Diversity sering digaungkan di Indonesia.
Acara yang berlangsung di Ruang Seminar Pdt. Dr. Harun Hadiwijono pada Senin, 30 Juli 2018 bertujuan untuk mengenal kehidupan masyarakat, budaya, dan permasalahan yang ada di Indonesia, khususnya dinamika pendidikan Kristen di UKDW. Sharing Session antara mahasiswa UKDW dan Stube HEMAT juga membahas mengenai kehidupan mahasiswa yang sedang berkuliah di Jerman.
Lebih lanjut, Henry Feriadi menjelaskan mengenai pendidikan di Indonesia ke depannya. “Recana strategis yang dikemukakan oleh pemerintah memiliki tiga pilar utama yakni peningkatan akses terhadap pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, dan tata kelola sektor pendidikan yang lebih baik. Pemerintah mengalokasikan 20% dari anggarannya untuk sektor pendidikan,” paparnya.
Sementara itu, Pdt. Nani Minarni, S.Si., M.Hum. selaku Kepala Pusat Kerohanian Kampus UKDW, menerangkan bahwa pendidikan Kristen dapat dipahami melalui tiga cara yakni mendidik dalam perspektif Kristen, pendidik yang beragama Kristen, dan para pendidik yang mengajar berkaitan dengan iman Kristen. “Pendidikan Kristen di UKDW sendiri dilakukan dalam tiga aspek yaitu kurikulum, ekstrakurikuler, dan kurikulum tersembunyi. Dalam kurikulum, mahasiswa dapat belajar mengenai agama dari beberapa disiplin ilmu, diantaranya sejarah, sosiologi, psikologi agama, fenomenologi agama, dan teologi agama. Hal ini bertujuan untuk membantu pemahaman akan kehidupan mahasiswa dalam konteks agama yang pluralistik dan sesuai dengan nilai-nilai universitas,” terangnya.
Sedangkan melalui kurikulum tersembunyi atau Program Pengembangan Spiritualitas Mahasiswa (P2SM), mahasiswa diajak untuk mengembangkan spiritualitasnya melalui kegiatan antaragama. “Program ini bersifat pilihan dan terbuka bagi mahasiswa dari beragam latar belakang agama, karena materi yang diberikan bukan penerapan doktrin agama tertentu. Mahasiswa kami ajak untuk mengembangkan spiritualitasnya dari berbagai macam perspektif agama. Harapan kami adalah terciptanya suasana yang harmonis dan adanya toleransi di antara para mahasiswa UKDW yang pluralis,” jelasnya.
Di akhir acara, para mahasiswa yang tergabung dalam pelayanan lembaga Stube HEMAT diberi kesempatan untuk membagikan pengalaman mereka selama menempuh studi di Jerman. Onno Jakob Hofman, salah satu mahasiswa dari University of Hamburg, mengatakan bahwa semua universitas di Jerman berkualitas baik. Masing-masing universitas memiliki spesialisasi atau kelebihan pada jurusan tertentu. “Jika ingin melanjutkan studi di Jerman, sebaiknya semua informasi mengenai jurusan yang diinginkan dibaca dengan teliti sehingga tidak merasa terkecoh karena salah penafsiran,” katanya.