Ada seorang ibu yang selalu memesan kopi panas di warung kecil dekat SMA 3 Bandung. Setiap pagi sang ibu biasa untuk mengantar anaknya sekolah dan mampir sejenak ke warung tersebut. Keresahan yang dipikirkan tentang anaknya muncul saat itu tidak biasa. Secara random sang ibu mengajak bicara saya menanyakan dimana asal saya , apakah saya masih bersekolah atau tidak? Saat itu saya sedang menunggu ayah saya selesai apel pagi.
Sang Ibu bercerita mengenai anaknya yang sedang menduduki bangku tingkat akhir di sekolah tersebut. Ia cemas kemana anaknya akan menjunjung pendidikan ke tingkatan selanjutnya. Ia bercerita mengenai rencananya untuk memasukan anaknya ke Pengguruan Tinggi Negeri ternama di Bandung. Sayangnya, ia takut anaknya tidak dapat bersaing karena prestasi yang dimiliki anaknya menurun. Berada dikelurga yang kurang mampu membuat sang ibu makin resah.
Pada awalnya saya mendengarkan semua cerita sang ibu mengenai apa yang Ia keluhkan. Bahwa sang anak lebih memilih jalan untuk masuk ke jalan berbeda tidak sesuai dengan apa yang sang ibu inginkan. Saya mengerti bahwa setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Disana saya membagikan sebuah cerita saya dimana saya juga pernah mengalami hal tersebut. Saya menyakinkan bahwa sebagai orang tua juga harus yakin percaya mengenai pilihan sang anak karena yang memegang masa depan adalah Tuhan.
“Janganlah kamu kuatir tentang apapun juga,tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” Filipi 4 : 6
“ Sebab rancang-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah Firman Tuhan.” (Yesaya 55 : 8)
Satu hal yang membuat saya sadar ketika ia berkata , “ Entah bagaimana bisa adek duduk dan mendengarkan saya bicara secara random. Namun dari respon yang adek ceritakan saya jadi dikuatkan. Awalnya saya sudah takut kemana Tuhan bawa anak saya nanti. Tapi sekarang saya dikuatkan”
Jika anda jadi saya apakah anda juga tidak tersentuh bahwa lewat ucapan kita bisa menguatkan dan memberkati. Saya bersyukur disana saya bisa mengukir satu senyuman diwajah sang ibu yang awalnya cemas. Saya percaya setiap orang ada dihidup kita semua karena Rencana-Nya. Awal semester adalah awal yang baik untuk berbagi berkat. Semoga pengalaman yang dibagi bisa menjadi berkat untuk sesama. (Ang)