YESAYA 43: 18-19

43:18 Firman TUHAN: “Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! 

43:19 Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara.

Warga UKDW yang terkasih, SALAM SORBUM!

Sejarah yang manis tentu saja tidak ingin kita lupakan begitu saja, karena setiap kali mengingatnya kita selalu merasa bahagia, senang dan bangga. Contoh misalnya lulus jenjang studi S1 dengan predikat ‘cum laude’, hari ‘H’ pernikahan dengan kekasih tercinta, kelahiran putri/putra pertama, mendapat beasiswa untuk studi S2 di kampus pilihan, lulus jenjang S2 atau S3 dengan tepat waktu dan hasil yang memuaskan, dan lain lain. Semua kenangan tadi tidak hanya manis untuk dikenang kembali namun juga memberikan semangat, harapan dan kekuatan baru di saat kita paling membutuhkannya. Kalau sejarah yang kita alami di masa lalu menyakitkan, maka segala cara akan kita tempuh agar bisa melupakannya. 

Melihat ke belakang dan meneropong sejarah yang telah lalu juga menjadi strategi bagi sebagian orang untuk mengkritisi situasi sejarah masa kini yang ternyata tidak lebih baik dari sejarah yang telah lalu. Contoh misalnya saat pandemi COVID19 terjadi saat ini, banyak orang kemudian membandingkannya dengan situasi jaman presiden RI kedua yang saat ini dianggapnya bersih dari pagebluk apapun. Terlepas dari itu benar atau tidak, kita lihat bagaimana pandemi COVID19 ini benar-benar menggoncangkan kehidupan banyak lapisan masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional. Perekonomian rakyat juga ikut terimbas oleh kelesuan ekonomi global dan nasional. Seakan-akan sulit untuk menemukan visi dan semangat baru di tengah kelesuan global ini. 

Siraman rohani kali ini bertujuan untuk mendorong masing-masing pribadi kita untuk menemukan visi baru dan semangat baru dalam menghadapi pandemi ini. Klise memang kedengarannya, namun menurut pandangan saya inilah salah satu penyebab kita sulit untuk move-on dari segala bentuk kenyamanan di masa-masa sebelum pandemi. Sebenarnya hal ini adalah keengganan kita untuk menemukan visi dan semangat baru di masa pandemi ini. Tapi belum terlambat kok, mari kita cari inspirasi dari cuplikan ayat Alkitab hari ini. 

Warga UKDW yang terkasih, 

Cuplikan ayat Alkitab hari ini diyakini merupakan tulisan Nabi Yesaya yang dialamatkan pada bangsa Israel yang kala itu juga sedang mengalami kesengsaraan yang mendalam. Mereka menjadi tahanan di negeri orang, mereka telah kehilangan segala harta benda mereka. Hanya pakaian yang melekat di tubuh mereka itulah harta terakhir mereka. Mereka rindu tanah kelahiran mereka, tangan Tuhan yang penuh berkat juga mereka impikan. 

Di balik kerinduan akan tanah tumpah darah, ternyata mereka juga punya ingatan yang kuat akan ‘masa-masa kejayaan’ mereka di masa yang telah lalu. Masa-masa kejayaan ini misalnya peristiwa saat bangsa Israel keluar dari tanah Mesir (Kel. 12:31-33), penaklukkan Tanah Kanaan (Yosua 1-12), bertarung dan menang melawan bangsa-bangsa penjajah (Yosua 21:43-45), bertahan saat mereka (bangsa Israel) terpecah menjadi dua (1 Raja-raja 12:24). 

Saat ini mereka berada dalam tanah pengasingan dan ingatan akan masa-masa kejayaan mereka di masa lalu tidak banyak membantu memperkuat situasi mereka sekarang. Mereka membutuhkan keajaiban baru, karya baru, atau momen-momen kejayaan yang baru. Apa yang bisa kita pelajari dari dua ayat dari Kitab Yesaya ini? Bagaimanakah dua ayat ini membantuku untuk merangkul hal-hal baru yang Tuhan kehendaki untuk aku lakukan dalam hidupku? 

Ada beberapa langkah yang bisa kita ikuti. Pertama-tamaubahlah fokus perhatianmu, berhentilah menengok ke belakang dan mulailah untuk melihat jauh ke depan (ay. 18). Pandemi ini memaksa kita untuk meninggalkan kebiasaan lama dan mendorong kita untuk merangkul keadaan baru serta kebiasaan baru secara kreatif dan produktif. Pertanyaannya bukan apa yang telah Tuhan lakukan pada hidupku di masa lalu? Pertanyaannya adalah apa yang Tuhan lakukan dalam hidupku saat ini? Bagaimana kira-kira harapanku akan campur tangan Tuhan dalam hidupku saat ini? 

Dulu kita biasa kumpul-kumpul tanpa masker, tanpa repot memikirkan harus cuci tangan dulu dengan sabun dan air mengalir, apalagi harus jaga jarak dan stay at home. Sekarang kemana-mana harus pakai masker penutup hidung dan mulut, atau face shield pelindung wajah, harus lebih sering cuci tangan, harus jaga jarak minimal 1,5 meter dari orang lain, pembelajaran jarak jauh (PJJ), work from home (WFH), study from home (SFH). Baik anak-anak, remaja, pemuda, dewasa, lansia, dan mereka yang punya sejarah memiliki penyakit kronis ikut merasakan tekanan yang diakibatkan masa pandemi ini. Dengan kata lain, tidak ada satupun lapisan generasi yang luput dari imbas pandemi COVID-19 ini. Tidak jarang kita mendengar diri kita sendiri mengeluhkan keadaan ini, merasa tertekan dan bertanya pada Tuhan, “Tuhan, sampai kapankah keadaan ini akan terus berlangsung?”

Di masa pandemi ini beberapa karyawan dan dosen UKDW berinisiatif dengan kreatif membuka usaha kecil-kecilan dengan produk-produk hasil olahan rumah tangga yang dijual di dalam lingkungan UKDW sendiri. Lewat platform pasar virtual, usaha kecil ini diharapkan tidak mengurangi keseriusan, loyalitas, dan kedisiplinan kerja tiap partisipan saat jam-jam kerja sedang berlangsung. Selain itu platform ini juga menjadi bentuk kepedulian anggota sivitas UKDW untuk bahu-membahu mengangkat ekonomi domestik setiap penggiatnya. Menurut saya inilah salah satu usaha nyata untuk merangkul keadaan baru serta kebiasaan baru secara kreatif dan produktif. Sekaligus sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan berwirausaha secara mandiri. Menurut pandangan saya, kita bisa melihat contoh ini sebagai wujud semangat saling berbagi yang seharusnya memang menjadi salah satu karakter utama dari pribadi seseorang. Kita jangan lupakan bahwa semangat saling berbagi adalah karakter khas dari Gereja mula-mula di jaman para rasul (Kis. 2:41-47).  

Selain itu dari segi finansial, kampus UKDW mau tidak mau juga harus menerima kenyataan bahwa dengan semakin sedikitnya jumlah pendaftar sebagai calon mahasiswa baru di tahun ajaran 2020/2021 maka keadaan keuangan kampus secara umum juga mengalami fluktuasi. Penghematan dan pengurangan anggaran di pos-pos pengeluaran dilakukan. Tidak dapat dihindari bahwa memang ‘ikat pinggang’ dan ‘dompet’ kita harus diperketat dan semua pengeluaran harus dihemat. Ini bentuk tindakan yang tepat dan sesuai dengan keadaan ekonomi nasional dan global yang sedang tidak menentu seperti saat ini. Jangan sampai ‘besar pasak dari pada tiang’. Menurut hemat saya, sebagai bagian dari sivitas UKDW kita perlu untuk mendukung kebijakan internal ini. 

Hal kedua yang bisa kita lakukan adalah tidak membiarkan diri diam dan meringkuk dalam kenangan kegagalan atau kenangan-kenangan pahit di masa lalu, “Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu …” (Yes. 43:18a). Refleksi ini berangkat dari tindak-tanduk bangsa Israel yang digambarkan telah berhasil beberapa kali mendukakan hati Allah. Tiap kali Allah memberkati bangsa Israel dengan hal-hal yang baik, mereka justru membalasnya dengan hal-hal yang jahat. Ungkapan yang pas ialah ‘air susu dibalas dengan air tuba’. Misalnya, Allah memberkati mereka dengan Bait Suci – mereka justru membalas-Nya dengan menyembah berhala (Kel. 32:1-6); Allah memberikan perintah-perintah-Nya – mereka justru mengabaikannya (Yeh. 20:13); Allah memberi mereka kemakmuran – mereka menyalahgunakannya untuk menindas kaum miskin (Yes. 3:14-15); Allah memberikan diri-Nya – mereka justru menolak-Nya (1Sam. 15:23). 

Seakan-akan bangsa Israel dan keturunannya tidak layak untuk menerima imbalan apapun dari Allah. Namun agaknya Allah masih mengasihi mereka dan Allah berkehendak untuk membantu mereka menuju perubahan. Tuhan berkata,”Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya?…” (Yes. 43:19a). Ayat ini menggambarkan Allah yang tidak menghakimi masa lalu bangsa Israel. Hal yang sudah lalu tinggalkanlah itu. Seakan Allah mengundang bangsa Israel untuk melihat tanda-tanda harapan baru. Seolah-olah Allah sedang berbaik hati memberikan kepada bangsa Israel kesempatan sekali lagi untuk membenahi diri dan berorientasi ke masa depan. 

Situasi pandemi dan segala kesulitan yang mengikutinya bisa dipandang sebagai kesempatan emas untuk memulai kebiasaan baru dan meninggalkan kebiasaan lama. Kesempatan ini juga bisa kita

Warga UKDW yang terkasih, 

Apa yang bisa kita simpulkan dari dua hal di atas. Dengan berhenti menengok ke belakang, secara sengaja kita dapat berusaha mengarahkan fokus perhatian ke masa depan. Tindakan ini memang tidak alamiah namun tindakan ini sengaja kita lakukan demi mendorong kita keluar dari romantisisme masa lalu, yaitu tepatnya kenangan pahit maupun manis yang dialami sebelum pandemi terjadi. Menurut hemat saya, kira-kira demikianlah semangat yang terkandung dalam bacaan Yesaya 43: 18-19. Lalu bagaimanakah kita dapat menghayati semangat dari bacaan ini dalam hidup kita sehari-hari di masa pandemi ini?

Saat-saat pandemi seperti ini kita menemukan kembali kesempatan untuk menikmati waktu lebih panjang bersama keluarga, melakukan hobi yang dulunya tidak sempat dilakukan, membaca buku yang belum pernah kita baca sebelumnya, memulai usaha kecil secara on-line, memanfaatkan lahan tidur untuk berkebun, budidaya ikan guna menambah gizi keluarga dan pemasukan keluarga. Semua hal ini bagus adanya dan jika memungkinkan bisa terus dilakukan di sela-sela waktu kerja utama. Karena selain meningkatkan kreatifitas dan produktifitas kita, kerja mandiri di atas juga bisa digunakan sebagai media untuk menyalurkan bibit-bibit stres atau rasa tertekan kita secara positif. 

Di samping itu ada beberapa pertanyaan yang bisa kita renungkan baik secara mandiri atau saat sharing kecil bersama anggota keluarga kita (1) Hal-hal apa saja yang membantuku untuk bertahan hidup di masa pandemi ini? Mengapa demikian?; (2) Apa contoh aktifitas di periode sebelum pandemi yang ingin aku lanjutkan saat ini? Aktifitas apa yang aku hentikan untuk sementara waktu ini? Apa alasannya?; (3) Pesan-pesan positif seperti apa yang ingin saya bagikan dengan sesama di masa pandemi ini?

Semoga pertanyaan-pertanyaan di atas bisa dimanfaatkan sebagai tema obrolan saat kita berbincang-bincang sore atau malam dengan keluarga kita masing-masing. Harapan saya semoga kita terdorong untuk menemukan visi baru dan semangat baru dalam menghadapi pandemi ini. Tuhan memberkati kita sekalian. (PKK/Adham)

Pin It on Pinterest

Share This