Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) mengambil langkah progresif dengan mendirikan Pusat Studi Disabilitas dan Desain Inklusif, sebuah inisiatif yang mencerminkan komitmen kampus untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang benar-benar terbuka bagi semua.

Dipimpin oleh Dr.-Ing. Sita Yuliastuti Amijaya, S.T., M.Eng., pusat studi ini menjadi ruang kolaborasi antara dosen, mahasiswa, dan berbagai pihak eksternal untuk memperjuangkan inklusivitas di lingkungan akademik dan masyarakat. Dalam wawancara mendalam, Dr. Sita menjelaskan perjalanan, visi, tantangan, dan harapan besar yang mengiringi keberadaan pusat studi ini.

Lahirnya Pusat Studi Disabilitas dan Desain Inklusif berawal dari idealisme dan harapan para pemerhati disabilitas di UKDW. Dr. Sita mengungkapkan bahwa gagasan ini muncul dari diskusi intensif di grup WhatsApp yang diinisiasi oleh para dosen dan mahasiswa. Mereka memiliki visi bersama untuk menjadikan UKDW sebagai kampus yang tidak hanya menerima tetapi juga mendukung penuh individu dengan berbagai latar belakang dan kebutuhan khusus. “Kami ingin menjadikan UKDW sebagai tempat di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang, tanpa batasan,” tutur Dr. Sita. Langkah ini menjadi bukti bahwa kampus tidak hanya berfungsi sebagai institusi pendidikan tetapi juga sebagai agen perubahan sosial.

Visi yang diusung oleh pusat studi ini adalah menjadi lembaga unggulan dalam penelitian dan pengembangan kajian disabilitas serta desain inklusif. Visi ini berakar pada nilai-nilai Kedutawacanaan yang mengedepankan keberagaman, integritas, dan humanitas. Untuk mewujudkan visi tersebut, pusat studi ini menjalankan berbagai misi strategis, seperti pengelolaan pusat studi yang inovatif dan adaptif, penyelenggaraan penelitian multidisiplin, serta pembentukan komunitas akademik yang hidup dengan semangat inklusivitas. Dr. Sita menekankan pentingnya kolaborasi dan keberlanjutan dalam setiap program yang dijalankan. “Kami tidak hanya ingin menciptakan dampak sesaat, tetapi juga perubahan jangka panjang yang dapat dirasakan oleh semua pihak,” jelasnya.

Pusat Studi Disabilitas dan Desain Inklusif juga aktif melibatkan masyarakat dan pihak eksternal dalam setiap kegiatannya. Kolaborasi dengan pemerintah, LSM, institusi pendidikan, dan komunitas disabilitas menjadi salah satu keunggulan dari pusat studi ini. Program seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik, pendampingan siswa, hingga advokasi di komunitas disabilitas menjadi wujud nyata dari keterlibatan ini. Dr. Sita percaya bahwa inklusivitas tidak dapat dicapai sendiri, melainkan melalui kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan. “Melalui kemitraan, kami bisa memperluas jangkauan dan dampak dari program-program kami,” ujarnya.

Meski telah banyak langkah maju, perjalanan menuju inklusivitas penuh masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya kesetaraan di lingkungan kampus dan masyarakat. Dr. Sita menyebutkan bahwa masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, seperti pengembangan fasilitas fisik yang lebih inklusif, peningkatan sistem pembelajaran untuk mahasiswa dengan kebutuhan khusus, serta membuka peluang karir bagi lulusan disabilitas. “Kami ingin memastikan bahwa mahasiswa disabilitas tidak hanya mendapatkan pendidikan yang layak tetapi juga memiliki masa depan yang cerah,” ungkapnya.

Sebagai jawaban atas tantangan tersebut, pusat studi ini terus berinovasi. Salah satu proyek andalan yang dikembangkan adalah alat bantu mobilitas berbasis konsep micro mobility. Alat ini dirancang oleh mahasiswa dan dosen Program Studi Desain Produk untuk membantu pengguna kursi roda bergerak lebih mandiri di kawasan perkotaan. Inovasi ini tidak hanya memperlihatkan kemampuan teknis para pengembangnya tetapi juga menunjukkan bagaimana desain inklusif dapat memberikan dampak nyata bagi kehidupan sehari-hari. Dr. Sita mengungkapkan kebanggaannya terhadap proyek ini dan berharap inovasi serupa dapat terus dikembangkan.

Melihat ke masa depan, Pusat Studi Disabilitas dan Desain Inklusif memiliki ambisi besar. Salah satunya adalah pembentukan Unit Layanan Disabilitas di UKDW untuk memberikan pelayanan yang lebih terfokus dan komprehensif bagi mahasiswa disabilitas. Selain itu, pusat studi ini juga berharap UKDW dapat membuka jalur khusus penerimaan mahasiswa disabilitas, serta mendorong program studi untuk lebih terbuka dalam menerima mahasiswa dengan kebutuhan khusus. “Ini bukan hanya tentang membuka pintu, tetapi juga memastikan bahwa setiap orang yang masuk mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan,” tegas Dr. Sita.

Bagi Dr. Sita, keberadaan Pusat Studi Disabilitas dan Desain Inklusif bukan sekadar simbol, melainkan motor penggerak transformasi sosial. Ia percaya bahwa melalui kerja sama, inovasi, dan komitmen yang kuat, UKDW dapat menjadi pelopor dalam mewujudkan masa depan yang lebih inklusif. “Perjalanan ini memang panjang dan penuh tantangan, tetapi kami yakin bahwa setiap langkah yang kami ambil membawa kita lebih dekat ke masyarakat yang benar-benar setara,” pungkasnya.

Melalui kepemimpinan Dr.-Ing. Sita Yuliastuti Amijaya, Pusat Studi Disabilitas dan Desain Inklusif terus membuktikan bahwa inklusivitas bukan hanya sebuah konsep, melainkan realitas yang dapat diwujudkan melalui kerja keras dan kolaborasi. Perjuangan ini menjadi inspirasi tidak hanya bagi UKDW, tetapi juga bagi dunia pendidikan secara keseluruhan, untuk menciptakan ruang di mana semua individu dapat berkembang tanpa hambatan. [vio]

Pin It on Pinterest

Share This