Dengan tema “Digital Bukan Bebas Kekerasan”, kami mengangkat isu penting tentang kekerasan berbasis gender online (KBGO) melalui karya fotografi. Isu ini dekat dengan kehidupan sehari-hari, terutama di era digital saat ini. Media sosial sering menjadi ruang publik yang tidak aman bagi perempuan, dengan ancaman berupa perundungan, pelecehan, hingga eksploitasi data pribadi. Kami ingin menggunakan fotografi untuk memvisualisasikan dampak kekerasan tersebut sekaligus menyuarakan kebutuhan akan ruang digital yang lebih aman dan inklusif.
Berawal dari mata kuliah storytelling, kami mengembangkan konsep karya dengan dukungan dosen kami menyusun serangkaian foto yang bercerita tentang pengalaman nyata perempuan yang menjadi korban KBGO. Dalam salah satu karya, kami menggambarkan seorang perempuan yang terperangkap dalam jaring digital, simbol dari intimidasi dan pelecehan yang menghantuinya. Setiap foto dilengkapi dengan narasi singkat, memberikan konteks cerita di balik gambar. Narasi ini kami dapatkan dari wawancara dengan korban KBGO (tanpa menyebut identitas mereka) serta riset mendalam tentang pola kekerasan di dunia maya.
Mengikuti pameran ini tidak hanya memberikan pengalaman berharga sebagai seniman muda, tetapi juga meningkatkan kesadaran kami tentang pentingnya advokasi lewat seni. Kami belajar bahwa seni bisa menjadi alat komunikasi yang kuat, menyuarakan isu-isu yang sering dianggap sepele, namun memiliki dampak besar. Melalui karya ini, kami berharap dapat mendorong lebih banyak orang untuk memikirkan bagaimana kita dapat menciptakan ruang digital yang lebih aman. Dunia maya seharusnya menjadi tempat untuk berbagi, bukan ladang kekerasan.
Sebagai mahasiswa, kami merasa bangga telah terlibat dalam pameran ini. Isu yang kami angkat bukan hanya menjadi cerita di dinding pameran, tetapi juga menjadi semangat untuk terus berkontribusi pada perubahan sosial. Kami berharap langkah kecil ini menjadi inspirasi bagi lebih banyak orang untuk berani bersuara dan bertindak. [michelle]
“Digital bukan bebas kekerasan, tetapi kita bisa bersama-sama menciptakan ruang digital yang lebih aman dan berdaya.”
Beberapa waktu lalu, saya dan teman-teman mahasiswa Program Studi Studi Humanitas Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) berkesempatan untuk menjadi pameris dalam rangkaian acara Konferensi Pengetahuan dari Perempuan IV (PDP IV) yang digelar oleh Komnas Perempuan pada tanggal 17-19 September 2024 di Universitas Brawijaya, Malang.