Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta melanjutkan langkah nyata setelah berdirinya Pusat Studi Disabilitas dan Desain Inklusif (PSDDI) dengan berkolaborasi bersama Pusat Desain Nasional Indonesia (PDIN) dalam rangkaian Jogja Design Session 2024 yang bertajuk ‘Step Out 2024’. Sebelumnya UKDW juga terlibat dalam penyelenggaraan Step Out pertama pada tahun 2023. “Step Out merupakan kegiatan tahunan yang berangkat dari kegelisahan civitas academica UKDW terhadap limitasi yang dialami oleh teman-teman disabilitas untuk keluar ruangan atau tempat tinggal karena lingkungan fisik maupun sosial yang belum aksesibel,” ujar Winta Tridhatu Satwikasanti, Ph.D., salah seorang pengelola Step Out 2024 yang juga merupakan Kaprodi Desain Produk UKDW.
Sunthy Suwono, representatif dari CODA (Community of Design and Architecture) dan PDIN sebagai penyelenggara Jogja Design Session 2024, menyatakan bahwa tema Kotabaru dipilih sebagai salah satu kawasan ikonik Kota Yogyakarta yang harus dikembangkan sehingga integrasi antar annual event: Step Out dan Jogja Design Session 2024 menghasilkan kegiatan “Step Out : Accessible Kotabaru” agar Kotabaru dapat diakses oleh siapapun. Kegiatan Step Out di Kotabaru ingin melihat sejauh mana ruang publik di Kotabaru dapat diakses oleh teman-teman disabilitas dalam bentuk assessment terhadap pedestrian hingga area penyebrangan, khususnya penggal Jalan Jendral Sudirman. Step Out Kotabaru dihadiri oleh dua komunitas, yaitu Mardiwuto dari komunitas Tuna Netra, serta Paguyuban Bangkit Bersama dari komunitas pengguna kursi roda, mahasiswa dan umum.
Suharti, salah satu pengurus Badan Sosial Mardiwuto, menilai kegiatan ini sangat baik karena dapat menjadi himbauan bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap kaum disabilitas. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Winta Adhita Guspara, ST., MSn. ”Belum banyak kampus maupun desainer yang mengangkat isu inklusivitas dalam perbincangan utamanya. Melalui kolaborasi ini, diharapkan isu inklusivitas dapat dimarakkan untuk mewujudkan ruang publik yang nyaman dan aman bagi semua orang. Step Out Kotabaru mengambil rute pendek dengan mempertimbangkan cuaca, aksesibilitas rute, stamina, dan kapabilitas teman – teman Tuna Netra dan pengguna kursi roda,” ungkapnya.
Koordinator PSDDI, Dr.-Ing. Sita Yuliastuti Amijaya, mengatakan bahwa banyak pengetahuan baru yang didapatkan setelah mengikuti kegiatan assessment pedestrian Kotabaru. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Ibu Sunthy Suwono, sebagai representatif dari CODA yang menyatakan bahwa kegiatan ini sangat menyenangkan, berjalan dengan lancar dan penuh keakraban interaksi antara peserta disabilitas dengan peserta kegiatan atau volunteer.
Beberapa peserta menyampaikan bahwa ruang publik yang telah dirancang dengan baik, ternyata masih memiliki kekurangan setelah dilakukan percobaan oleh para peserta Step Out. Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat merangkum masukan-masukan pemikiran dari para pengguna disabilitas kepada pemerintah terkait ketersediaan aksesibilitas yang memadai dan fungsional-tepat guna. Saat ini jalur pedestrian pada rute dari gedung PDIN menuju Toko Buku Gramedia dan kembali menuju ke gedung PDIN telah dilengkapi dengan guiding blocks, namun cara pemasangan guiding blocks pada beberapa titik masih belum tepat dan konsisten. Kelengkapan lain berupa zebra cross belum dilengkapi dengan tombol penyeberangan, sehingga belum memberikan keamanan bagi penyeberang. Selain itu jalur pedestrian belum dilengkapi dengan ramp penghubung yang konsisten pada jarak tertentu dengan mempertimbangkan keamanan bagi pengguna jalur.
Menurut Dena, salah satu peserta penyandang tuna netra dari komunitas Mardiwuto, menyampaikan senang mengikuti kegiatan namun sekaligus takut saat berjalan pada jalur pedestrian tersebut terutama pada saat menyeberang. Dena terbiasa dengan lingkungan yang tidak ramai dan jarang melakukan perjalanan di jalan raya, sehingga saat keluar jalan raya rasa tidak aman tersebut muncul. Seorang peserta lain mengungkapkan kurang puas dengan keadaan pedestrian yang dilaluinya, karena di beberapa bagian trotoar jalan tidak rata dan berlubang serta pemilihan material penutup trotoar juga licin. Hal tersebut menuntut kewaspadaan yang tinggi bagi teman-teman disabilitas. Selain itu, terdapat ruas jalan yang belum memiliki guiding blocks atau sudah dipasang guiding blocks namun rusak atau pecah. Fasilitas bagi warga masyarakat dengan disabilitas di ruang kota telah diupayakan ada, namun kondisinya kurang terawat atau rusak, sehingga kurang mampu berfungsi dengan baik. [Steffany]