Jogja – Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Jogja punya jurus-jurus untuk menciptakan kampus ramah penyandang disabilitas. Langkah ini merupakan implementasi nyata nilai-nilai keberagaman di lingkungan kampus. Rektor UKDW, Dr. Ing. Wiyatiningsih menjelaskan implementasi nilai keberagaman tersebut tercermin dalam tagline kampus, yakni Sustainable Entrepreneurial Research University (SERU).
Ning, sapaannya, mencontohkan, meski berstatus Universitas Kristen, pihaknya sangat mempersilakan calon mahasiswa beragama apa pun untuk masuk ke UKDW. “Nah salah bagian dari sustainable itu kita berusaha untuk menjadi kampus yang inklusif, bisa terbuka untuk semua orang,” jelas Ning saat ditemui detikJogja di kantornya, Jumat (5/7/2024).
“Tidak hanya dari segi physical saja, tapi juga keberagamaan agama. Meskipun kami Universitas Kristen tapi bukan berarti yang masuk itu harus beragama Kristen,” lanjutnya. Selain itu, lanjut Ning, UKDW juga membuka pintu selebar-lebarnya bagi calon mahasiswa penyandang disabilitas. Meski tak dipungkiri, masih banyak fasilitas yang harus disiapkan untuk menunjang hal tersebut.
“Nah Inklusif lebih luas lagi jadi tidak hanya untuk keberagaman, tapi juga untuk keadaan yang berbeda-beda. Perbedaan kemampuan, kita menyebutnya penyandang disabilitas,” papar Ning. “Kampus kami ini secara fisik tentu saja belum sempurna, karena dulu kami mendesain ini belum memikirkan sampai ke sana. Nah sekarang sudah harus ya, menyediakan layanan yang bisa diakses penyandang disabilitas,” sambungnya.
Penyiapan fasilitas kampus, menurut Ning, bukan dikhususkan bagi penyandang disabilitas saja. Namun fasilitas yang bisa digunakan untuk semuanya tanpa membeda-bedakan. Ia pun mencontohkan fasilitas mimbar dalam acara wisuda. “Misalnya untuk wisuda, biasanya kan ada stage untuk mahasiswa naik terima ijazah. Nah itu kita harus menyiapkan, tapi bukan sesuatu yang disediakan khusus untuk penyandang disabilitas. Kalau begitu juga nggak sama, ada ketimpangan,” ungkapnya. “Nah ini sesuatu yang harus kita pikirkan supaya semuanya memiliki akses sama. Tidak ada perbedaan,” ujar Ning menambahkan.
Ning menyadari jika banyak hal yang harus disiapkan untuk bisa mengakomodir para mahasiswa penyandang disabilitas. Pasalnya, banyaknya ragam disabilitas yang tentu membutuhkan fasilitas yang berbeda-beda.
Meski begitu, menurutnya, UKDW berkomitmen akan terus melengkapi fasilitas-fasilitas utamanya fasilitas fisik kampus. “Ragam disabilitas itu sangat besar ya, kami selagi bisa akan memberikan tempat. Karena kan ada banyak, tidak hanya fisik, misalnya tuna rungu, nah kami harus melihat dulu sumber daya manusianya itu sanggup apa tidak,” tutupnya.