Tuna rungu adalah kondisi di mana individu kehilangan atau memiliki kekurangan pendengaran, sehingga menghambat kemampuan bicara, bahasa, dan komunikasi. Komunitas Dunia Tak Lagi Sunyi (DTLS) hadir sebagai tempat dukungan bagi anak-anak tunarungu di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan fokus pada pengajaran baca, tulis, dan perawatan telinga. Namun dalam proses pembelajaran, komunitas DTLS masih menghadapi beberapa kendala karena kegiatan masih dilakukan secara manual dengan menggunakan media kertas, sehingga sering kali membuat anak cenderung cepat bosan, terbatas dalam lokasi dan materi pembelajaran.

Berangkat dari permasalahan tersebut, tim mahasiswa Program Studi (Prodi) Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi (FTI) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta merancang sebuah aplikasi belajar bagi anak tunarungu yang diberi nama “DeafLearn”. Aplikasi ini dirancang untuk menjawab kebutuhan komunitas DTLS akan pendidikan digital yang efektif dengan menggunakan pendekatan berbasis game untuk mendukung pembelajaran literasi anak-anak tunarungu.

Rancangan aplikasi DeafLearn merupakan inovasi dari Kelvin Lie, Josephine Vania Soerjanto, Putu Jeevallucas Jnanamaitriya Surya Gautama, dan Vivian. Dengan bimbingan dari Drs. Jong Jek Siang, M.Sc., dosen sekaligus Ketua Prodi Sistem Informasi UKDW, tim ini berhasil mendapatkan hibah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Skema Pengabdian Masyarakat dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.

Kelvin Lie menjelaskan DeafLearn memungkinkan komunitas DTLS untuk memantau perkembangan anak secara objektif dan subjektif melalui data yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Aplikasi ini juga memberikan kepastian tentang kemajuan anak, sehingga membantu dalam pengambilan keputusan terkait pendidikan dan mengurangi kekhawatiran tentang potensi kehilangan atau kerusakan materi pembelajaran.

“DeafLearn adalah solusi yang dirancang khusus. Dengan fitur-fitur seperti pencocokan gambar dan teks, kuis, dan pelacakan kemajuan, DeafLearn memberikan pengalaman pembelajaran yang menarik dan efektif. Aplikasi ini juga memperkenalkan cara menulis dengan tangan, yang membantu anak-anak mengembangkan keterampilan motorik halus dan kemampuan menulis dengan tangan,” terangnya.

Lebih lanjut, Kelvin Lie memaparkan DeafLearn memiliki fitur-fitur yang dirancang khusus untuk kebutuhan pembelajaran anak tunarungu. Visual dan gambar menarik disesuaikan dengan bacaan atau tulisan, memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan. Terdapat juga level pada setiap kategori pembelajaran membaca dan menulis, yang dapat dipilih sesuai dengan tingkatan pembelajaran anak. Melalui progress map, orang tua dan pengajar dapat melihat sejauh mana tingkat pembelajaran anak dan mengatur jadwal pembelajaran secara rutin.

“Manfaat DeafLearn tidak hanya akan dirasakan oleh guru, tetapi juga oleh orang tua dan anak tunarungu itu sendiri. Aplikasi ini akan memudahkan guru dalam mengajar anak membaca dan menulis, sambil memberikan kebebasan bagi anak untuk belajar di rumah. DeafLearn dapat diakses dengan mudah oleh orang tua dan anak tunarungu, serta memberikan fleksibilitas dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya aplikasi ini, Komunitas DTLS dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dan perkembangan literasi anak-anak tunarungu,” jelasnya. (FTI/KL)

Pin It on Pinterest

Share This