Meski menjadi Dosen Arsitektur, Parmonangan Manurung, tergerak untuk terus belajar isu kemanusiaan. Pak Monang, begitu biasa ia disapa, memiliki ketertarikan dalam hal tata ruang dan perhatian terhadap aktivitas sosial yang terjadi di dalamnya. Pak Monang mulai mengajar di Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta sejak tahun 2003.

Bagi mahasiswa yang pernah diajar, Pak Monang adalah dosen yang ramah dan terampil ketika mengajar. “Pak Monang itu kalau mengajar asyik sekali, ada saja ide kreatif yang diungkapkan di kelas. Kelas jadi seru dan ada saja hal baru yang menarik untuk dipelajari,” ujar Jeihan, mahasiswa Arsitektur Angkatan 2019. 

Melihat Teman Asyik Menggambar

Pak Monang lahir di Kalimantan dan mulai merantau ke berbagai tempat ketika sudah dewasa. Keinginan kuliah arsitek sebenarnya baru muncul ketika berada di Yogyakarta, karena keinginan untuk kuliah sebetulnya tidak terlalu dominan bagi Pak Monang. Pada waktu itu, dirinya lebih ingin langsung bekerja, tetapi niat itu diurungkan karena merasa bahwa lulusan SMA tentu sangat terbatas pekerjaannya. Saat awal merantau, Pak Monang berencana untuk kuliah di jurusan Teknik Kimia.  Namun setelah melihat seorang teman di sebelah kosnya, di Yogyakarta, ia pun lantas berkeinginan untuk berkuliah di bidang arsitektur. “Saya merasa senang, waktu lihat orang menggambar sambil ngobrol dengan temannya. Sejak saat itu, saya memutuskan untuk belajar menjadi arsitek,” tutur Pak Monang.

Keputusan untuk kuliah arsitektur itulah yang membuat Pak Monang memahami betapa pentingnya belajar dan melakukan perbuatan baik melalui pendidikan. Apalagi, di kemudian hari, perjalanan hidup Pak Monang mengalami banyak tantangan dalam belajar. Saat belajar dengan rasa senang dan akhirnya bisa menjadi nyaman dengan dunia menggambar bangunan, Pak Monang pun ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah lulus S2, Pak Monang lantas berusaha mencari pengalaman bekerja di lapangan. Sesudah cukup merasakan dinamika bekerja di konsultan arsitektur, Pak Monang pun lantas memutuskan untuk kembali ke kampus dimana dirinya dulu mengenal dunia arsitektur.

Sebagai seorang profesional, Pak Monang juga memiliki hobi. “Saya senang sekali olahraga. Dulu waktu di Kalimantan, voli itu wajib. Ketika di Yogyakarta, saya kesulitan mencari teman dan waktu untuk bisa bermain voli. Sehingga saya beralih bermain badminton. Selain itu, menonton film Marvel juga menjadi kegiatan di waktu luang yang menyenangkan,” kata Pak Monang yang aktif menulis dan telah menerbitkan delapan buku.

Menikmati Belajar

“Saat menjadi mahasiswa, pengalaman praktik dan bertemu dengan teman-teman menjadi hal yang menyenangkan. Apalagi, belajar di UKDW, saya bisa berjumpa dengan teman-teman dari berbagai daerah,” ujar Pak Monang. Ketertarikan Pak Monang dengan dunia arsitektur tidak lantas membuat dirinya berhenti belajar bidang lain. Pada saat menjadi mahasiswa, Pak Monang aktif di kegiatan pers mahasiswa. Bagi dirinya, menggambar dan menulis dapat mengasah kepekaan hati dengan berbagai persoalan di sekitar. Itulah yang membuat karya Pak Monang begitu dekat dengan isu-isu keseharian, termasuk potensi lokal yang berkaitan dengan dunia arsitektur. Kesenangannya dalam hal menulis pun berlanjut hingga ke ranah profesional. Bahkan tidak jarang, dirinya diminta untuk mengulas dan mengirimkan tulisan ke media massa.

Sebagian besar waktu Pak Monang memang digunakan untuk menekuni dunia arsitektur, seperti mengajar dan menulis. Namun, Pak Monang juga menaruh perhatian pada isu kemanusiaan. Saat ini, Pak Monang juga ikut menjadi canpansel Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS). Keterlibatan itu menjadi bagian dari keinginan Pak Monang untuk terus belajar. “Saya merasa perlu belajar mengenai isu kemanusiaan, terutama kekerasan dan pelecehan seksual. Menurut saya, tata ruang dan interaksi manusia di dalamnya memiliki hubungan yang berkaitan. Untuk itu, saya merasa belajar mengenai dinamika relasi manusia itu sangat penting,” tutur Pak Monang. 

Menurut Pak Monang, dalam proses mendesain ruangan itu perlu memiliki pandangan visioner dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan dalam memanfaatkan ruangan. Perhatian pada hal yang beragam, dalam pembangunan ruangan, akan memberikan banyak pertimbangan untuk belajar pemanfaatan ruangan.  Kegiatan di dalam ruangan bisa menyenangkan atau tidak juga dipengaruhi oleh tata ruang yang ada. Tata ruang dapat mendukung produktivitas serta kenyamanan ketika didesain dengan baik.

Melakukan yang Terbaik

Kiprah Pak Monang di UKDW tidak hanya sebagai dosen saja. Pak Monang yang merupakan alumnus UKDW ini, juga pernah berkarya sebagai Kepala Humas dan Admisi UKDW. Pengalamannya sebagai mahasiswa dulu, banyak dikreasikan ketika menjadi Kepala Humas dan Admisi UKDW.

Selama mengajar di FAD UKDW, Pak Monang memiliki semangat untuk berusaha melakukan yang terbaik. Semangat itu juga diimplementasikan dalam perannya saat menjabat sebagai Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama (WD 3) FAD UKDW beberapa tahun yang lalu. Pak Monang juga mengajak mahasiswa dan rekan dosen lain untuk konsiten dalam belajar, berlatih hal baru yang positif, hingga memberikan perhatian kepada mereka yang rentan. Karya dan kreasi Pak Monang pun sangat beragam. Sehingga ketika Dies Natalis ke-60 Duta Wacana, Pak Monang mendapatkan predikat sebagai dosen berprestasi. 

 Menurut Pak Monang, kebaikan hati akan bermanfaat bagi orang lain. “Ketika berbuat baik dengan ikhlas, tentu ada rasa senang karena kehadiran kita bisa menjadi sukacita bagi orang lain,” katanya. Selain itu, Pak Monang juga mengajak untuk bekerja sama dan memperhatikan mereka yang rentan terhadap ketidakadilan. Perkembangan tantangan kehidupan menunjukkan pentingnya kolaborasi. Dari kolaborasi dapat terbangun rasa percaya dengan baik, ketika melakukan yang terbaik. “Kerja sama dengan berbagai pihak menjadi hal penting dalam kehidupan, terutama dalam hal baik. Kerja sama akan mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi kehidupan bersama. Itu harapan saya bagi kampus, teman-teman dosen, dan mahasiswa,” ujar Pak Monang. (Yudha)

Pin It on Pinterest

Share This