Menjadi pendeta sebenarnya tidak terbayangkan oleh Philipus Hartono. Apalagi sampai mengenal tempat bernama Sekolah Tinggi Theologia (STT) Duta Wacana. Ia merasakan keramahan dan keterbukaan saat berkuliah di STT Duta Wacana yang menjadikan daya untuk membentuk diri dalam rangka mempersiapkan diri untuk melayani, bahkan hingga memasuki masa pensiun.

Bagi Philipus Hartono, menjadi pendeta emeritus bukan kondisi untuk tetap dalam zona nyaman saja. Masa pensiun harus tetap berkarya, berusaha berdampak baik supaya tidak menjadi orang yang menyebalkan. Masa tua harus penuh dengan keramahtamahan dan keterbukaan terhadap hal baru karena semua akan mengalami perubahan. Keterbatasan bukan menjadi alasan, tetapi membuat semakin semangat untuk berusaha. Nilai-nilai seperti itu yang dihidupi oleh Philipus Hartono, sebagai salah satu alumni STT Duta Wacana yang kini sudah bertransformasi menjadi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta. Philipus Hartono adalah pendeta emeritus atau pendeta yang sudah pensiun di GKJ Rewulu namun tetap aktif menulis dan mengembangkan kegiatan kesenian di GKJ Rewulu.

Ketika ditemui di taman rumahnya, Rabu (12/10), Pak Philipus begitu beliau akrab disapa, mengatakan nilai keramahtamahan menjadi pengalaman penting ketika dulu berkuliah di STT Duta Wacana. Hal itu menjadi pembelajaran akan bagaimana menempatkan diri di tengah perbedaan yang ada. “Dulu saat kuliah, kami berasal dari daerah yang berbeda, belum ada ponsel. Jadi suasana merayakan kebersamaan lebih hidup. Lingkungan mendukung untuk menjadi pribadi yang ramah dan terbuka dengan hal baru. Kami sebagai mahasiswa senang untuk cerita. Setiap kesempatan digunakan untuk berbagi cerita. Maklum saja, kami dari berbagai daerah yang berbeda. Tetapi sedang dalam misi yang sama, untuk belajar di STT Duta Wacana,” ujar Philipus Hartono.

Pria yang kesibukan hariannya dekat dengan tanaman dan tulisan ini menyukai belajar dengan membaca buku. Selain itu, ada kebiasaan menuliskan refleksi. Kebiasaan itu dilatih sejak kuliah dulu. Setidaknya apa yang dituliskan, suatu saat tulisan akan bermanfaat. 

Pak Philipus merupakan alumni STT Duta Wacana yang berkuliah pada tahun 60-an. Proses pembelajaran yang dialami pasti berbeda dengan saat ini. Akan tetapi, setiap perkembangan tentu memiliki tuntutan tersendiri. Dalam hal ini, Pak Philipus berpesan mengenai pentingnya kepekaan dan keterbukaan terhadap hal baru. “Manusia itu harus selalu belajar. Kalau tidak belajar nanti ya ketinggalan apa yang terjadi. Padahal, saat ini semua berkembang dengan cepat,” tutur Pak Philipus sembari menceritakan kisahnya waktu kuliah dahulu.

Pengalaman sewaktu kuliah juga menjadi dasar penting dalam menjaga semangatnya untuk melayani. Pembelajaran yang dilakukan dahulu menyenangkan karena berjumpa dengan keberagaman dan ada kesempatan untuk saling mengenal. Keterbukaan terhadap hal yang sekiranya dianggap asing menjadi kesan tersendiri ketika dahulu kuliah di STT Duta Wacana. Proses pembelajarannya membawa pada kebiasaan penting yang mendasari dalam melayani berdasarkan kasih. Setiap karya dan pelayanan saat ini, tentu menjadi buah tersendiri dari proses belajar di STT Duta Wacana. Akan tetapi, Pak Philipus juga menyebutkan bahwa apa yang dipelajari di perkuliahan itu terus mengalami perkembangan. Sehingga meskipun kuliah, tetapi konsistensi untuk tetap membaca dan belajar itu menjadi penting untuk memiliki kerendahan hati. Hanya dengan kerendahan hati kita dapat berproses dalam pembelajaran di kehidupan dengan semangat untuk melayani sesama. 

Ketika diperhadapkan dengan kondisi saat ini, Pak Philipus merasa senang. Almamater yang dulu menjadi tempat dimana dia dan teman-temannya belajar terus mengalami perkembangan. Bahkan, saat ini sudah menjadi universitas dengan jumlah prodi yang terus bertambah. Itu menjadi semangat dan bukti tersendiri bahwa dalam melayani dunia, tidak hanya berkaitan dengan semangat kerohanian saja. Melainkan tetap memerlukan perjumpaan dengan ilmu lain sebagai bagian untuk memperkaya diri dalam melayani. 

“Semoga dengan perayaan Dies Natalis ke-60, UKDW dapat menjadi berkat bagi sesama dengan terus berkembang untuk melayani dunia. Perkembangan yang terjadi menjadi bukti bahwa untuk melayani dengan kasih memerlukan kerja sama dan kompetensi yang mumpuni. Sehingga terjadi harmoni yang penuh dengan keramahtamahan hingga keterbukaan akan hal baru dan semua terus berkembang. Jaya selalu almamater Duta Wacana,” ungkap Pak Philipus.

Pak Philipus juga berpesan bahwa dalam proses pembelajaran di kampus kita harus terus mengutamakan kasih. Setiap tindakan untuk belajar ketika berdasarkan kasih dan semangat melayani itu dapat mendatangkan berkat bagi orang lain. Konsistensi untuk belajar tidak hanya di kampus saja. Akan tetapi, belajar menjadi cara hidup yang perlu dihidupi supaya ketika hendak melayani memiliki kompetensi yang mumpuni. Belajar menjadi keharusan, pada siapa saja, baik orang, buku, maupun peristiwa. Setiap peristiwa yang terjadi membawa pembelajaran tersendiri, termasuk ketika UKDW boleh merayakan sebuah peristiwa penting Dies Natalisnya yang ke-60. “Semoga semangat terus belajar itu menjadi gaya hidup yang dihidupi dalam melayani berdasarkan kasih,” pungkas Pak Philipus. (Yudha)

Pin It on Pinterest

Share This