Di akhir bulan April, penggemar film pahlawan super karya Marvel Cinematic Universe (MCU) meramaikan bioskop-bioskop di Yogyakarta karena film Avengers: Endgame. Film tersebut sangat dinanti-nantikan karena akan menjawab rasa penasaran para penggemar tentang pertarungan para Avengers dengan Thanos, sosok yang mampu memusnahkan setengah populasi dunia dengan jentikan jarinya. Dalam renungan ini saya ingin menyoroti satu bagian yang menarik perhatian saya, khususnya ketika saya menggumuli teks Lukas 24 : 44-53.
Yesus: Mesias atau Pahlawan Super?
Di akhir cerita Avengers: Endgame, Tony Stark sang Iron Man akhirnya mati setelah berjuang bersama pahlawan super lainnya untuk memusnahkan Thanos dan antek-anteknya. Tony Stark mengorbankan nyawanya untuk melindungi makhluk dunia dari niat jahat Thanos. Ada satu kalimat yang dinyatakan Tony Stark saat ia melakukan aksi penyelamatannya. Ia berkata, “I’m Iron Man”. Kalimat tersebut ia sampaikan setelah berhasil melawan Thanos, sebagai pengakuan bahwa ia benar-benar pahlawan super. Seorang pahlawan super akan dikenang karena kekuatan dan ketangguhan dalam melawan musuh. Pengikraran diri Tony Stark akan selalu diingat oleh para penggemarnya karena ia telah menunjukan kekuatannya dan melakukan hal hebat dalam cerita kehidupannya sebagai Iron Man.
Hal yang berbeda justru ditekankan oleh Yesus kepada pada pengikutnya yang tentu juga mengagumi diri-Nya. Setelah Ia menampakkan diri di hadapan para murid, Ia menekankan perkataan yang telah Ia sampaikan pada mereka juga yang telah dituliskan dalam kitab Taurat Musa, kitab nabi-nabi, dan kitab Mazmur (ayat 44). Perkataan tentang apa? Tentang penderitaan dan kebangkitan dari antara orang mati di hari ketiga yang harus dialami oleh Sang Mesias (ayat 46). Yesus membuka pikiran mereka (ayat 45) agar mereka memahami apa yang sebenarnya sedang Yesus lakukan di dunia. Sebagai seorang mesias, berbeda dengan pahlawan super di cerita MCU, Yesus bukan hanya menekankan jati dirinya sebagai sosok yang kuat sehingga bisa mengalahkan maut; bisa bangkit. Yesus juga menekankan bahwa seorang mesias harus menderita! Mengapa hal ini begitu penting untuk Yesus sampaikan pada para murid?
Perjuangan Yesus Menggambarkan Perjuangan Manusia
Perdebatan tentang Yesus itu Allah atau manusia masih sering terdengar, apalagi jika sudah membahas tentang kebangkitannya. “Wajar Yesus bisa mengalahkan maut, karena Ia adalah Allah yang pura-pura menjadi manusia.” Pemikiran demikian mungkin pernah kita dengar atau kita ucapkan sendiri. Tetapi bagi saya saat ini, saya percaya bahwa Yesus adalah 100% manusia (Ia dilahirkan oleh seorang ibu, Ia hidup selayaknya manusia, setidaknya itu yang saya temukan di Alkitab). Dan saya juga percaya bahwa Yesus 100% Allah karena kemahakuasaanNya dalam menyatakan cinta kasih khusus dalam pengorbanannya di kayu salib. Lalu bagaimana bisa ada sosok yang punya dua identitas sebagai Allah sekaligus manusia? Hal tersebut tidak dapat dipahami nalar! Memang demikianlah karya Ilahi, tidak selalu dapat dipahami dan diuraikan seturut nalar manusia. Mengapa? Nalar manusia masih punya batas untuk memahami karya dan kinerja Sang Ilahi dalam dunia ini khususnya dalam kisah Sang Mesias Yesus Kristus.
Hal yang menarik adalah Allah sangat mengerti kebutuhan manusia. SabdaNya yang agung Ia turunkan ke dunia dalam bentuk manusia yang rela mati di kayu salib. Manusia itu bukan berbentuk pahlawan super yang tak punya cela atau kekalahan. Sosok yang dipakai Allah ini justru manusia yang sangat kesakitan ketika disiksa, sangat sedih ketika ditinggalkan, dan sangat pasrah ketika kematian menjemputNya. Bagian ini dialami oleh Sang Mesias yang diutus Allah, sama seperti penderitaan-penderitaan yang dialami oleh seluruh manusia yang Allah ciptakan. Penderitaan tersebut tak selalu bisa dicegah, tetapi melalui cerita Yesus Kristus, Allah meyakinkan manusia bahwa penderitaan itu tak akan mengalahkan kuasaNya. Selalu ada kebangkitan di setiap pengalaman penderitaan ketika manusia percaya pada apa yang dikerjakan dan dikaryakan Allah dalam kehidupannya. Akan selalu ada kebahagiaan yang Allah hadirkan untuk melepaskan kita dari setiap kesedihan, kepedihan, ketakutan, kesakitan, dan keputusasaan.
Perjuangan Yesus dalam pengorbanan-Nya di kayu salib merupakan gambaran perjuangan manusia dalam menjalani kehidupan. Penderitaan itu tak selalu dapat dihindarkan. Ketika tak dapat dihindarkan, Allah ingin umat-Nya memilih jalan seperti yang Yesus pilih; berani menderita dan percaya bahwa Allah beserta (Lukas 23 : 46). Penyertaan Allah pada kita mungkin tidak persis sama seperti apa yang Yesus Kristus alami (bangkit dari kematian), tetapi pastilah Allah menyiapkan kebangkitan yang melegakan dan memampukan kita untuk menjadi saluran pewartaan kabar baik bagi sesama kita. Yesus Kristus bangkit dari kematian karena Ia harus mewartakan kabar baik, berita keselamatan, pengharapan dan kesukacitaan, kepada para murid yang kemudian Ia utus dan perlengkapi sebagai saksi-Nya (Lukas 24 : 48-50). Kita pun pasti akan mengalami kebangkitan dalam bentuk dan porsi pewartaan kabar baik yang sesuai dengan karya Allah.
Kenaikan Yesus: Momen yang Melegakan!
Setelah mengutus para murid dan menyampaikan berkat-Nya, Yesus Kristus terangkat ke sorga. Ia yang diutus Allah ke dunia untuk menyampaikan kabar baik telah menuntaskan tugas-Nya. Momen kenaikan Yesus Kristus ke sorga merupakan momen estafet tugas pewartaan kabar baik. Meski Gurunya harus pergi jauh dari mereka, tetapi para murid sangat bersukacita (ayat 52). Mereka tahu bahwa sang Mesias itu benar-benar Juruselamat bagi kehidupan mereka. Memang bukan seperti Mesias yang mereka bayangkan selama ini, tetapi Ia adalah Juruselamat yang diutus Allah untuk menyampaikan keselamatan, pengharapan, serta kesukacitaan dalam menjalani kehidupan di dunia. Perasaan sangat bersukacita yang dirasakan para murid merupakan karya Allah di dalam diri mereka. Mereka yang telah mengenal dan mempercayai Yesus Kristus yakin dan bersukacita atas keselamatan yang mereka terima. Keyakinan itu membuat mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah.
Kepergian Yesus ke sorga adalah bagian yang melegakan bagi para murid. Yesus Kristus sang Juruselamat itu benar-benar kembali ke tempat asal-Nya. Itu berarti bahwa Ia benar-benar Allah. Jika Ia benar-benar Allah, apalagi yang perlu diragukan dari setiap perkataan-Nya pada para murid? Mereka bukan hanya mendengar kabar baik dari kitab-kitab yang mereka baca. Mereka bukan hanya mendengar pengajaran dari para imam di Bait Allah. Mereka langsung mendengar dan menyaksikan kabar baik dari Allah itu sendiri. Allah yang turun dari sorga, datang ke dunia untuk menyatakan kabar baik, kemudian kembali ke sorga sambil disaksikan oleh mereka. Kenaikan Yesus Kristus adalah momen melegakan karena murid-murid dilepaskan dari segala keraguan tentang sosok yang mereka ikuti. Murid-murid dilepaskan dari segala ketakutan untuk menganut dan menghayati ajaran yang Yesus Kristus bagikan sepanjang karya-Nya di dunia. Murid-murid diteguhkan untuk dapat menjalani kehidupan dengan berani menghadapi penderitaan dan percaya pada kebangkitan. Dan yang terpenting, murid-murid diberkati untuk senantiasa menjadi saksi bagi dunia atas kabar baik yang telah diwartakan Yesus Kristus kepada mereka. Tanggal 30 Mei 2019 adalah peringatan Hari Kenaikan Yesus Kristus bagi umat Kristen. Kiranya momen tersebut dapat kembali meneguhkan kita untuk berani menghadapi penderitaan dan percaya akan kebangkitan yang Allah siapkan bagi kita. Kiranya kita juga senantiasa bersukacita mewartakan kebaikan-kebaikan yang Allah nyatakan dalam kehidupan kita kepada sesama yang ada di sekitar kita. (Ester Novaria/ Pusat Kerohanian Kampus)