Suasana menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-73 sudah mulai kita rasakan. Ornamen-ornamen berwarna merah dan putih, baik itu bendera maupun hiasan-hiasan yang berbau merah putih memenuhi sudut-sudut jalan. Lagu-lagu kebangsaan mulai diputar di beberapa mall di Kota Yogyakarta. Semangat kemerdekaan yang lain bisa kita rasakan di kampung-kampung yang memeriahkan kemerdekaan dengan mengadakan berbagai perlombaan yang tentunya sangat dinantikan oleh anak-anak bahkan orang tua. Semuanya itu dilakukan untuk memeriahkan peringatan hari kemerdekaan bangsa Indonesia atas penjajahan yang terjadi 73 tahun yang lalu.
Lalu bagaimana dengan kita? Apa saja yang kita lakukan ketika kita mengisi kemerdekaan yang Tuhan berikan bagi kita sebagai warga negara Indonesia? Sebagai mahasiswa, dosen, dan karyawan yang berada di UKDW ini? Apakah kita hanya sekedar memeriahkan acara tujuh belasan dengan mengikuti kebiasaan yang ada? Oleh karena itu marilah kita bersama-sama berefleksi melalui bacaan yang diambil dari 1 Timotius 2:1-7. Surat Timotius ini ditulis oleh Rasul Paulus terkhusus untuk anak rohaninya yang bernama Timotius. Dia memberikan beberapa nasihat berkenaan dengan kepemimpinannya sebagai seorang pemimpin yang masih muda dan merasa dirinya tidak mampu. Dalam bagian teks ini ada beberapa hal yang dinasihatkan oleh Paulus kepada Timotius.
Ada tiga kata kerja berbentuk nasihat yang disampaikan oleh Paulus kepada Timotius yakni naikkanlah permohonan, doa syafaat, dan ucapan syukur (ayat 1). Semuanya itu ditujukan kepada Tuhan untuk para pemimpin negara supaya semua orang termasuk para pemimpin negara memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Dari semua permohonan dan doa syafaat ada satu hal yang tidak boleh tertinggal, yakni ucapan syukur atau thanksgiving (ευχαριστια). Hal ini merupakan doa-doa yang mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan. Surat-surat Paulus kepada gereja merupakan ungkapan bagaimana dasar ucapan syukur yang harus dilakukan. Doa tidak hanya berarti memohon sesuatu kepada Allah, tetapi juga bersyukur kepada Allah atas segala sesuatu yang telah diberikan. Paulus pada masa hidupnya selalu bersyukur kepada Allah dalam segala perjalanan hidupnya, khususnya dalam memberitakan firman Tuhan dan pelayanannya di jemaat-jemaat. Sering kali dalam kehidupan kita, banyak di antara kita berdoa untuk mengeluh, dan lupa untuk bersyukur. Epictetus bukan orang Kristen, namun seorang filsuf Stoa ini berkata, “Sebagai orang tua kurus yang pincang, apakah yang dapat aku lakukan, kecuali memuliakan Allah?” Kita berhak membawa segala kebutuhan kita kepada Allah, namun kita juga wajib bersyukur kepada-Nya.
Dari semua hal yang disampaikan oleh Paulus kepada Timotius, kita bisa merefleksikan bersama sebagai warga Duta Wacana. Apa yang sudah kita lakukan bagi bangsa ini, apakah kita hanya mengkritik, bahkan seringkali mencaci kinerja pemerintah di tengah situasi seperti sekarang ini tanpa melakukan apapun? Atau sudahkah kita berdoa sambil mengucap syukur atas bangsa dan pemerintah kita?
Ada sebuah lagu yang sangat menolong kita dalam merefleksikan sikap kita terhadap bangsa dan pemerintahaan di Indonesia ini, yaitu lagu “Doa Kami” yang dinyanyikan oleh Sidney Mohede, kira-kira seperti ini lirik lagunya:
Syukur untuk setiap rencana-Mu, dan rancangan-Mu yang mulia
Dalam satu tubuh kami bersatu, menjadi duta kerajaan-Mu
Kuucapkan berkat atas Indonesia, biar kemuliaan Tuhan akan nyata
Bagi bangsa ini kami berdiri dan membawa doa kami kepada-Mu
Sesuatu yang besar pasti terjadi dan mengubahkan negeri kami
Hanya nama-Mu Tuhan ditinggikan atas seluruh bumi
Kami rindu melihat Indonesia pulih dari semua problema
Hidup dalam jalan kebenaran-Mu, pancarkan terang kemuliaan-Mu
Kami tahu hati-Mu ada di bangsa ini
Hanya nama-Mu Tuhan ditinggikan, atas seluruh bumi
Lagu ini adalah sebuah doa. Ungkapan kerinduan anak-anak Tuhan bagi Indonesia. Ungkapan keprihatinan mengingat kejahatan yang merajalela di tengah bangsa, bahkan di tengah dunia ini, sungguh jauh dari rancangan Sang Pencipta. Ada banyak perpecahan, pertengkaran, konflik antaragama dan aliran, kecemburuan sosial, korupsi, masalah kesehatan, ekonomi maupun pendidikan. Banyak orang tak lagi peduli apa yang akan terjadi di negeri ini. Mereka kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah. Siapa pun yang akan menjadi presiden, wakil presiden, atau para menteri, menurut mereka, semua sama saja. Tidak akan membuat negeri ini menjadi lebih baik. Yang penting masih bisa bekerja untuk bertahan hidup. Yang penting kondisiku baik-baik saja. Namun, bukankah pemerintah ada karena izin Tuhan? Dalam kondisi pemerintahan yang tidak ideal pun, anak-anak Tuhan tetap dipanggil untuk menunjukkan sikap hormat terhadap para penguasa, sekaligus berbuat baik dan menjadi teladan bagi banyak orang. Kita dipanggil untuk mendoakan pemerintah kita, agar mereka juga dapat mengenal kebenaran dan hidup di dalamnya.
Seiring doa-doa kita kepada Tuhan, mari kita juga “dalam satu tubuh … bersatu, menjadi duta kerajaan-Nya” melalui Duta Wacana. Memberikan yang terbaik dalam bidang kita masing-masing. Mengusahakan kesejahteraan bangsa ini dengan keahlian-keahlian yang Tuhan berikan. Menolong sesama yang membutuhkan. Memberi sumbangsih pemikiran dan karya untuk mendukung pemerintah. Menggunakan hak-hak kita sebagai warga negara untuk kemajuan bersama. Menyuarakan kebenaran melalui saran dan kritik yang bertanggung jawab. Memberi teladan dalam perkataan maupun perbuatan kita. Menghormati dan mengasihi satu sama lain, baik dengan saudara seiman maupun mereka yang berbeda keyakinan. Bukan kebetulan kita lahir dan besar di Indonesia. Kita harus yakin bahwa Tuhan menempatkan kita di negeri ini, bukan di negeri lain, karena Dia ingin menggenapkan rencana-Nya di Indonesia melalui hidup kita.
Menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-73, marilah kita pikirkan cara-cara kreatif untuk memberkati negeri ini. Orang-orang yang merdeka dapat dengan bebas berkreasi dalam kebenaran. Tidak didikte oleh tren dunia yang banyak mengekspos kejahatan sebagai hiburan dan kenikmatan. Orang-orang yang merdeka dapat dengan bebas berbuat baik dan mengasihi sesama. Tidak dipengaruhi hasutan orang yang mengumbar kebencian dan penghakiman. Orang-orang yang merdeka dapat dengan tanpa beban melakukan tanggung jawabnya sebagai warga negara. Kita menyadari bahwa Tuhan sendirilah yang menetapkan keberadaan negara ini dan pemerintahannya, Tuhan jugalah yang menempatkan kita di dalamnya. Setiap hal yang kita lakukan bagi kebaikan negara ini adalah wujud penghormatan dan kasih kita kepada Tuhan. Seperti lagu di atas, kita rindu melihat pemerintah dan segenap rakyat negeri ini hidup dalam jalan kebenaran, kita rindu melihat Indonesia memancarkan terang kemuliaan Tuhan. Mari terus berdoa dan berjuang untuk itu. Never give up! Dirgahayu Indonesiaku! (DBAS)